Saya ingin sahabat yang membaca kata-kata ini sedikit menyimak judul diatas.
Dalam hadist ada;
Alkisah seorang ahli ibadah bernama Abu bin Hasyim yang kuat sekali tahajudnya
Hampir ber-tahun-tahun dia tidak pernah absen melakukan sholat tahajud.
Pada suatu ketika saat hendak mengambil wudhu untuk tahajud, Abu dikagetkan oleh keberadaan sesosok makhluk yang duduk di bibir sumurnya.
Abu bertanya, “Wahai hamba Allah, siapakah Engkau?”
Sambil tersenyum, sosok itu berkata; “Aku Malaikat utusan Allah”.
Abu Bin Hasyim kaget sekaligus bangga karena kedatangan tamu malaikat mulia.
Malaikat itu menjawab, “Aku disuruh mencari hamba pencinta Allah".
SAHABAT Di kanan kirimu ada orang sakit atau lapar, tidak engkau lihat dan beri makan?
Bagaimana mungkin engkau dapat menjadi hamba pecinta Allah Azza Wa Jalla kalau engkau sendiri tidak pernah mencintai hamba-hamba yang diciptakanNYA?
” Abu bin Hasyim seperti disambar petir di siang bolong.
DZIKIR? Dzikirmu itu hanya untukmu sendiri, membuat hatimu menjadi tenang.
Allah : SEDEKAH, INFAQ, ZAKAT serta PERBUATAN BAIK-mu. Itulah yang membuat AKU senang, karena tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang susah, AKU hadir di sampingnya.
Dan AKU akan mengganti dengan ganjaran 700 kali (Al-Baqarah 261-262).
Nah, bila engkau hanya sibuk dengan ibadah ritual dan bangga akan itu, maka itu tandanya engkau hanya mencintai dirimu sendiri, bukan Allah.
Tapi, bila kau berbuat baik dan berkorban untuk orang lain, maka itu tandanya kau mencintai Allah dan tentu Allah senang karenanya.
Buatlah Allah senang maka Allah akan limpahkan Rahmat-Nya dengan membuat hidupmu lapang dan bahagia (Dikutip dari Kitab Mukasyafatul Qulub Karya Imam Al Ghazali)
Ibadah yang kita lakukan tidak terlepas dari pengorbanan waktu, tenaga bahkan biaya. Terlebih lagi kalau ibadah itu kita lakukan dengan kepayahan.
Jangan sampai rugi di dunia dan mendapat adzab di akhirat.
Dalam berfirman :
”Katakanlah, sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (Al-An’am: 162).
Baca juga ;
2. Melakukan kesyirikan Walaupun seseorang rajin ibadah, tapi apabila dia juga berbuat kesyirikan, (menyekutukan Allah), maka akan terhapus semua amal ibadahnya.
Dalam berfirman :
”Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (Al-An’am: 88).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya yang amat kutakuti dari segala hal yang kutakuti atasmu itu ialah syirik kecil”
Para sahabat lalu bertanya: “Apakah syirik kecil itu ya Rasulullah?
” Beliau menjawab: “Yaitu riya (pamer).
Allah Azza wa Jalla berfirman pada hari kiamat, yaitu diwaktu sekalian hamba melihat hasil-hasil amalannya: “Pergilah kamu semua kepada apa yang kamu jadikan bahan pameran (riya) di dunia.
Lihatlah apakah kamu semua memperoleh balasan dari mereka itu?” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Baihaqi).
3. Berbuat bid’ahBerbuat bid’ah, membuat perkara baru dalam urusan ibadah, tidak akan menjadikan ibadah diterima tapi malah justru ditolak.
Walaupun seberapa banyak ibadah yang dilakukannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ;
“Allah tidak akan menerima puasanya orang yang berbuat bid’ah, tidak menerima shalatnya, tidak menerima shadaqahnya, tidak menerima hajinya, tidak menerima umrahnya, tidak menerima jihadnya, tidak menerima taubatnya, dan tidak menerima tebusannya,dan ia keluar dari islam sebagaimana keluarnya helai rambut dari tepung”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
“Barangsiapa yang memunculkan / mengamalkan bid’ah atau melindungi pelaku bid’ah, maka atasnya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia,….”.
(HR. Bukhary-Muslim dari ‘Ali dan HR. Muslim dari Anas bin Malik).
Sedangkan yang jelas termasuk Kesyirikan masih menganggap bisa diampuni
MasyAllah ...
Bukankah malah dilaknat dan dicampakkan kedalam api neraka.
nara sumber;
http://www.nu.or.id/post/read/81513/cerita-rasulullah-tentang-ahli-ibadah-yang-masuk-neraka
Dia lalu bertanya, “Apa yang sedang kamu lakukan di sini?
Malaikat itu menjawab, “Aku disuruh mencari hamba pencinta Allah".
Melihat Malaikat itu memegang kitab tebal, Abu lalu bertanya; “Wahai Malaikat, buku apakah yang kau bawa?” Malaikat menjawab; “Ini adalah kumpulan nama hamba-hamba pencinta Allah.”
Mendengar jawaban Malaikat, Abu bin Hasyim berharap dalam hati namanya ada di situ. Maka ditanyalah Malaikat itu. “Wahai Malaikat, adakah namaku di situ ?” Abu berasumsi bahwa namanya ada di buku itu, mengingat amalan ibadahnya yang tidak kenal putusnya. Selalu mengerjakan shalat tahajud setiap malam, berdo’a dan bermunajat pada Allah SWT di sepertiga malam.
“Baiklah, aku buka,” kata Malaikat sambil membuka kitab besarnya. Dan, ternyata Malaikat itu tidak menemukan nama Abu di dalamnya.
Tidak percaya, Abu bin Hasyim meminta Malaikat mencarinya sekali lagi.
“Betul… namamu tidak ada di dalam buku ini!” kata Malaikat.
Abu bin Hasyim pun gemetar dan jatuh tersungkur di depan Malaikat.
Dia menangis se-jadi-jadinya. “Rugi sekali diriku yang selalu tegak berdiri di setiap malam dalam tahajud dan bermunajat…
tetapi namaku tidak masuk dalam golongan para hamba pecinta Allah,” ratapnya.
Melihat itu, Malaikat berkata, “Wahai Abu bin Hasyim! Bukan aku tidak tahu engkau bangun setiap malam ketika yang lain tidur…
Mendengar jawaban Malaikat, Abu bin Hasyim berharap dalam hati namanya ada di situ. Maka ditanyalah Malaikat itu. “Wahai Malaikat, adakah namaku di situ ?” Abu berasumsi bahwa namanya ada di buku itu, mengingat amalan ibadahnya yang tidak kenal putusnya. Selalu mengerjakan shalat tahajud setiap malam, berdo’a dan bermunajat pada Allah SWT di sepertiga malam.
“Baiklah, aku buka,” kata Malaikat sambil membuka kitab besarnya. Dan, ternyata Malaikat itu tidak menemukan nama Abu di dalamnya.
Tidak percaya, Abu bin Hasyim meminta Malaikat mencarinya sekali lagi.
“Betul… namamu tidak ada di dalam buku ini!” kata Malaikat.
Abu bin Hasyim pun gemetar dan jatuh tersungkur di depan Malaikat.
Dia menangis se-jadi-jadinya. “Rugi sekali diriku yang selalu tegak berdiri di setiap malam dalam tahajud dan bermunajat…
tetapi namaku tidak masuk dalam golongan para hamba pecinta Allah,” ratapnya.
Melihat itu, Malaikat berkata, “Wahai Abu bin Hasyim! Bukan aku tidak tahu engkau bangun setiap malam ketika yang lain tidur…
Engkau mengambil air wudhu dan kedinginan pada saat orang lain terlelap dalam buaian malam.
Tapi tanganku dilarang Allah menulis namamu.”
“Apakah gerangan yang menjadi penyebabnya?” tanya Abu bin Hasyim.
“Engkau memang bermunajat kepada Allah, tapi engkau pamerkan dengan rasa bangga kemana-mana dan asyik beribadah serta hanya memikirkan diri sendiri.
Tapi tanganku dilarang Allah menulis namamu.”
“Apakah gerangan yang menjadi penyebabnya?” tanya Abu bin Hasyim.
“Engkau memang bermunajat kepada Allah, tapi engkau pamerkan dengan rasa bangga kemana-mana dan asyik beribadah serta hanya memikirkan diri sendiri.
SAHABAT Di kanan kirimu ada orang sakit atau lapar, tidak engkau lihat dan beri makan?
Bagaimana mungkin engkau dapat menjadi hamba pecinta Allah Azza Wa Jalla kalau engkau sendiri tidak pernah mencintai hamba-hamba yang diciptakanNYA?
” Abu bin Hasyim seperti disambar petir di siang bolong.
Dia tersadar hubungan ibadah manusia tidaklah hanya kepada Allah semata (hablummin Allah),
tetapi juga ke sesama manusia (hablumminannas) dan alam.
Jangan bangga dengan banyak shalat, puasa dan dzikir, karena itu semua belum membuat Allah senang.
Mau tahu apa yang membuat Allah senang?
Renungkan juga dialog ini;
Nabi Musa As: Wahai Allah, aku sudah melaksanakan ibadah.
Lalu manakah ibadahku yang membuat Engkau senang?
Allah Azza Wa Jalla menjawab: SHALAT?
Shalat mu itu untukmu sendiri, karena dengan mengerjakan shalat, engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar.
tetapi juga ke sesama manusia (hablumminannas) dan alam.
Jangan bangga dengan banyak shalat, puasa dan dzikir, karena itu semua belum membuat Allah senang.
Mau tahu apa yang membuat Allah senang?
Renungkan juga dialog ini;
Nabi Musa As: Wahai Allah, aku sudah melaksanakan ibadah.
Lalu manakah ibadahku yang membuat Engkau senang?
Allah Azza Wa Jalla menjawab: SHALAT?
Shalat mu itu untukmu sendiri, karena dengan mengerjakan shalat, engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar.
DZIKIR? Dzikirmu itu hanya untukmu sendiri, membuat hatimu menjadi tenang.
PUASA? Puasamu itu untukmu sendiri, melatih dirimu untuk memerangi hawa nafsumu sendiri.
Nabi Musa : Lalu apa yang membuat hati-Mu senang Ya Allah?
Nabi Musa : Lalu apa yang membuat hati-Mu senang Ya Allah?
Allah : SEDEKAH, INFAQ, ZAKAT serta PERBUATAN BAIK-mu. Itulah yang membuat AKU senang, karena tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang susah, AKU hadir di sampingnya.
Dan AKU akan mengganti dengan ganjaran 700 kali (Al-Baqarah 261-262).
Nah, bila engkau hanya sibuk dengan ibadah ritual dan bangga akan itu, maka itu tandanya engkau hanya mencintai dirimu sendiri, bukan Allah.
Tapi, bila kau berbuat baik dan berkorban untuk orang lain, maka itu tandanya kau mencintai Allah dan tentu Allah senang karenanya.
Buatlah Allah senang maka Allah akan limpahkan Rahmat-Nya dengan membuat hidupmu lapang dan bahagia (Dikutip dari Kitab Mukasyafatul Qulub Karya Imam Al Ghazali)
Ibadah yang kita lakukan tidak terlepas dari pengorbanan waktu, tenaga bahkan biaya. Terlebih lagi kalau ibadah itu kita lakukan dengan kepayahan.
Jangan sampai rugi di dunia dan mendapat adzab di akhirat.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui sebab-sebab yang menjadikan amal ibadah kita sia-sia bahkan mendapatkan laknat dan adzab Allah Azza Wajalla.
Ibadah yang kita lakukan akan tertolak dan justru malah akan mendapatkan laknat dan adzab apabila,
1. Tidak ikhlas
2. Melakukan kesyirikan
3. Berbuat bid’ah
1. Tidak ikhlas berIbadah yang kita lakukan apabila niatnya bukan karena Allah Azza Wajalla, tapi ingin mendapatkan perhatian dan pujian manusia??
Maka ibadah kita akan sia-sia tidak akan mendapatkan pahala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ;
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu tergantung dengan niatnya, dan sesungguhnya setiap orang tergantung dengan apa yang ia niatkan.
Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dan barang siapa yang hijrahnya untuk dunia yang ingin ia perolehnya, atau untuk wanita yang ingin ia nikahinya, maka hijrahnya kepada apa-apa yang ia berhijrah kepadanya”. (HR. Al-Bukhari, 1/3 no. 1, Muslim 3/1515 no. 1907).
Niat akan menentukan diterima atau justru ditolaknya amal ibadah seseorang.
Maka supaya amal ibadah diterima, luruskan niat ibadah kita semata-mata karena Allah Azza Wajalla.
Ibadah yang kita lakukan akan tertolak dan justru malah akan mendapatkan laknat dan adzab apabila,
1. Tidak ikhlas
2. Melakukan kesyirikan
3. Berbuat bid’ah
1. Tidak ikhlas berIbadah yang kita lakukan apabila niatnya bukan karena Allah Azza Wajalla, tapi ingin mendapatkan perhatian dan pujian manusia??
Maka ibadah kita akan sia-sia tidak akan mendapatkan pahala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ;
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu tergantung dengan niatnya, dan sesungguhnya setiap orang tergantung dengan apa yang ia niatkan.
Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dan barang siapa yang hijrahnya untuk dunia yang ingin ia perolehnya, atau untuk wanita yang ingin ia nikahinya, maka hijrahnya kepada apa-apa yang ia berhijrah kepadanya”. (HR. Al-Bukhari, 1/3 no. 1, Muslim 3/1515 no. 1907).
Maka supaya amal ibadah diterima, luruskan niat ibadah kita semata-mata karena Allah Azza Wajalla.
Dalam berfirman :
إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
”Katakanlah, sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (Al-An’am: 162).
Baca juga ;
2. Melakukan kesyirikan Walaupun seseorang rajin ibadah, tapi apabila dia juga berbuat kesyirikan, (menyekutukan Allah), maka akan terhapus semua amal ibadahnya.
Dalam berfirman :
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
”Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (Al-An’am: 88).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya yang amat kutakuti dari segala hal yang kutakuti atasmu itu ialah syirik kecil”
Para sahabat lalu bertanya: “Apakah syirik kecil itu ya Rasulullah?
” Beliau menjawab: “Yaitu riya (pamer).
Allah Azza wa Jalla berfirman pada hari kiamat, yaitu diwaktu sekalian hamba melihat hasil-hasil amalannya: “Pergilah kamu semua kepada apa yang kamu jadikan bahan pameran (riya) di dunia.
Lihatlah apakah kamu semua memperoleh balasan dari mereka itu?” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Baihaqi).
3. Berbuat bid’ahBerbuat bid’ah, membuat perkara baru dalam urusan ibadah, tidak akan menjadikan ibadah diterima tapi malah justru ditolak.
Walaupun seberapa banyak ibadah yang dilakukannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ;
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak”. (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718). Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ صَوْمًا وَلاَ صَلاَةً وَلاَ صَدَقَةً وَلاَ حَجًّا وَلاَ عُمْرَةً وَ لاَ جِهَادًا وَلاَ صَرْفًا وَلاَ عَدْلاً يَخْرُجُ مِنَ الإِسْلاَمِ كَمَا تَخْرُجُ الشَّعَرَةُ مِنَ الْعَجِين
“Allah tidak akan menerima puasanya orang yang berbuat bid’ah, tidak menerima shalatnya, tidak menerima shadaqahnya, tidak menerima hajinya, tidak menerima umrahnya, tidak menerima jihadnya, tidak menerima taubatnya, dan tidak menerima tebusannya,dan ia keluar dari islam sebagaimana keluarnya helai rambut dari tepung”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
أَبَى اللَّهُ أَنْ يَقْبَلَ عَمَلَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَ بِدْعَتَهُ
“Allah tidak akan menerima amal perbuatan bid’ah hingga dia meninggalkan bid’ahnya”.
Berbuat bid’ah, disamping ibadahnya ditolak juga pelakunya dibenci dan dilaknat Allah.
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Berbuat bid’ah, disamping ibadahnya ditolak juga pelakunya dibenci dan dilaknat Allah.
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata :
إن أبغض الأمور إلى الله البدع
“Sesungguhnya perkara yang paling dibenci oleh Allah adalah bid’ah”.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
فَمَنْ أَحْدَثَ حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلآ ئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ. لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ عَدْلٌ وَلاَ صَرْفٌ .
“Barangsiapa yang memunculkan / mengamalkan bid’ah atau melindungi pelaku bid’ah, maka atasnya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia,….”.
(HR. Bukhary-Muslim dari ‘Ali dan HR. Muslim dari Anas bin Malik).
Pelaku bid’ah amalannya ditolak, dilaknat Allah dan dimasukkan kedalam neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim no. 867).
Dalam riwayat An Nasa’i dikatakan,
“Setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (HR. An Nasa’i, 1578).
1 . Yunus 91 ,
وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Dalam riwayat An Nasa’i dikatakan,
وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ
Sesungguhnya kita harus sangat bersyukur sebagai seorang muslim.Bacalah juga yang termaktum dalam AL Quran di surat /Ayat;
Tinggal kita berusaha supaya segala ibadah yang kita lakukan mendapatkan ridha dan limpahan pahala sebagaimana yang Allah AzzaWajalla janjikan!
1 . Yunus 91 ,
2 . Al-Isra' 107 ,
3 . An-Naml 59 ,
4 . An-Naml 64 ,
5 . Al-Qasas 71
6 . Al-Qasas 72,
6 . Al-Qasas 72,
7 . Saba’ 24 ,
8 . Saba’ 27 ,
9 . Al-Mulk 16 ,
10 . Al-Mulk 22,
11 . Al-Mulk 28 ,
11 . Al-Mulk 28 ,
12 . Al-Mulk 3 .
Narasi;
Walau kita yang sudah berIman ini melakukan hal dianjurkan Allah Azza Wa jalla masih perlu dipertimbangkan kadar ketakwaannya.
Narasi;
Walau kita yang sudah berIman ini melakukan hal dianjurkan Allah Azza Wa jalla masih perlu dipertimbangkan kadar ketakwaannya.
Sedangkan yang jelas termasuk Kesyirikan masih menganggap bisa diampuni
MasyAllah ...
Bukankah malah dilaknat dan dicampakkan kedalam api neraka.
والله أعلمُ بالـصـواب
nara sumber;
http://www.nu.or.id/post/read/81513/cerita-rasulullah-tentang-ahli-ibadah-yang-masuk-neraka