Ayat 46-78: Rincian kenikmatan yang akan diperoleh kaum mukmin dan pujian bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala terhadap hal tersebut.
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (٤٦) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٤٧) ذَوَاتَا أَفْنَانٍ (٤٨) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٤٩) فِيهِمَا عَيْنَانِ تَجْرِيَانِ (٥٠)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٥١) فِيهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجَانِ (٥٢) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٥٣) مُتَّكِئِينَ عَلَى فُرُشٍ بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ وَجَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ (٥٤) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٥٥) فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ (٥٦) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٥٧)كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ (٥٨) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٥٩) هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ (٦٠) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٦١) وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ (٦٢) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٦٣) مُدْهَامَّتَانِ (٦٤) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٦٥) فِيهِمَا عَيْنَانِ نَضَّاخَتَانِ (٦٦) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٦٧) فِيهِمَا فَاكِهَةٌ وَنَخْلٌ وَرُمَّانٌ (٦٨)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٦٩)فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ (٧٠) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٧١)حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ (٧٢) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٧٣) لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ (٧٤) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٧٥)مُتَّكِئِينَ عَلَى رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَعَبْقَرِيٍّ حِسَانٍ (٧٦) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٧٧) تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلالِ وَالإكْرَامِ (٧٨)
Terjemah Surat Ar Rahman Ayat 26-45
46. Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya[1] ada dua surga[2].
47. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
48. Kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan[3].
49. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
50. Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar[4].
51. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
52. Di dalam kedua surga itu terdapat aneka buah-buahan yang berpasang-pasangan[5].
53. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
54. Mereka bersandar di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutera tebal[6]. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat[7].
55. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
56. Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan[8], yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya[9].
57. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
58. Seakan-akan mereka itu permata yakut dan marjan[10].
59. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
60. Tidak ada balasan untuk kebaikan[11] selain kebaikan (pula)[12].
61. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
62. Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi[13].
63. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
64. Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.
65. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
66. Di dalam keduanya (syurga itu) ada dua buah mata air yang memancar.
67. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
68. Di dalam kedua surga itu ada buah-buahan, kurma dan delima.
69. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
70. Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik (akhlaknya) dan cantik wajahnya[14].
71. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
72. Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah[15].
73. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
74. Mereka sebelumnya tidak pernah disentuh oleh manusia maupun oleh jin.
75. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
76. Mereka bersandar pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah[16].
77. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
78. [17]Mahasuci nama Tuhanmu Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.
[1] Yakni berdiri di hadapan-Nya untuk dihisab.
[2] Yakni bagi orang yang takut kepada Tuhannya dan takut berhadapan dengan-Nya, dimana hal itu membuatnya mengerjakan perintah dan menjauhi larangan, maka dia memperoleh dua surga. Menurut Syaikh As Sa’diy, dia akan mendapatkan dua surga dari emas, baik bejana, perhiasan, bangunan dan apa yang ada di sana (dari emas); surga yang satu sebagai balasan karena meninggalkan larangan, sedangkan surga yang satu lagi karena mengerjakan ketaatan.
[3] Ada pula yang menafsirkan kata ‘afnaan’ dengan berbagai jenis kenikmatan, baik kenikmatan luar maupun dalam yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas di hati manusia.
[4] Mereka dapat memancarkannya ke tempat yang mereka inginkan dan mereka kehendaki.
[5] Setiap jenisnya memiliki rasa dan warnanya masing-masing yang tidak dimiliki oleh jenis yang lain.
[6] Syaikh As Sa’diy menerangkan, ini adalah sifat permadani penghuni surga dan sifat duduknya mereka di atasnya, dan bahwa mereka sambil bersandar sambil santai. Permadani ini tidak diketahui sifatnya kecuali oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala, sampai-sampai bagian dalamnya dari sutera tebal yang merupakan sutera terbaik dan dibanggakan, lalu bagaimana dengan luarnya yang bersentuhan langsung dengan kulit mereka?
Ibnu Mas’ud berkata, “Ini bagian dalamnya, lalu bagaimana kalau kamu melihat bagian luarnya?”
[7] Yakni bisa dipetik sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring.
[8] Kepada suami mereka karena cakep dan gantengnya suami mereka, dan cintanya mereka kepadanya.
[9] Mereka masih sebagai gadis.
[10] Yakni karena bersih, cantik dan indahnya mereka.
[11] Yakni tidak ada balasan bagi orang yang berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah dan berbuat ihsan dalam bergaul dengan manusia kecuali dibalas dengan kebaikan, berupa pahala yang besar, keberuntungan yang besar, kenikmatan yang kekal, dan kehidupan yang sentosa. Kedua surga yang tinggi yang terbuat dari emas ini diperuntukkan bagi orang-orang yang didekatkan dengan Allah Subhaanahu wa Ta'aala (Al Muqarrabiin).
[12] Dengan kenikmatan surga.
[13] Selain dari dua surga yang tersebut di atas ada dua surga lagi yang disediakan untuk orang-orang mukmin yang derajatnya di bawah orang-orang mukmin yang dimasukkan ke dalam kedua surga yang pertama. Menurut Syaikh As Sa’diy, kedua surga yang lain itu dari perak, baik bangunannya, bejananya, perhiasannya, dan apa yang ada di dalamnya. Kedua surga ini diperuntukkan kepada As-habul Yamin (Golongan kanan).
[14] Mereka menggabung antara indahnya luar dan dalam; fisiknya indah dan akhlaknya baik.
[15] Bidadari itu tertahan dalam kemah-kemah mutiara; yang telah mempersiapkan diri mereka untuk suami mereka, namun hal itu tidaklah menafikan mereka untuk keluar ke kebun-kebun dan taman-taman surga sebagaimana kebiasaan putri-putri raja dan wanita-wanita yang dipingit.
[16] Orang-orang yang mendapatkan kedua surga yang kedua ini tempat sandaran mereka adalah rafraf (permadani) hijau, yaitu permadani yang berada di atas majlis-majlis (tempat duduk) yang tinggi yang menjadi tambahan terhadap majlis (tempat duduk) mereka. Dengan demikian, majlis tersebut memiliki rafrafah (permadani) di atas majlis mereka sehingga semakin indah dan bagus. Adapun ‘abqariy sebagai nisbat kepada setiap yang ditenun dengan tenunan yang indah dan mewah, oleh karenanya, disifati dengan keindahan yang menyeluruh karena bagus buatannya, indah dilihat serta halus disentuh. Kedua surga ini bukanlah surga yang sebelumnya sebagaimana disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla, “Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi.” Selain itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menyifatkan dua surga yang pertama dengan beberapa sifat yang tidak disifatkan kepada dua surga yang setelahnya. Pada dua surga yang pertama Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar,” sedangkan pada kedua surga setelahnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Di dalam keduanya (syurga itu) ada dua buah mata air yang memancar.” Sudah menjadi maklum, bahwa keduanya berbeda, yang satu mengalir, sedangkan yang satu lagi memancar. Pada kedua surga yang pertama, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan.” Dan Dia tidak berfirman demikian pada surga yang kedua. Pada kedua surga yang pertama, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Di dalam kedua surga itu terdapat aneka buah-buahan yang berpasang-pasangan.” Sedangkan pada kedua surga yang setelahnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Di dalam kedua surga itu ada buah-buahan, kurma dan delima.” Pada kedua surga yang pertama, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Mereka bersandar di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutera tebal. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.” Sedangkan pada dua surga yang kedua (setelahnya), Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Mereka bersandar pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.” Pada kedua surga yang pertama, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya.” Sedangkan pada kedua surga yang setelahnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah.” Sudah menjadi maklum adanya perbedaan di antara keduanya.
Pada kedua surga yang pertama, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).” Dan Dia tidak berfirman demikian, pada dua surga setelahnya, maka hal ini menunjukkan bahwa hal itu sebagai balasan bagi orang-orang yang berbuat ihsan.
Di samping itu, didahulukan kedua surga yang pertama daripada yang kedua menunjukkan keutamaan yang pertama.
Berdasarkan sisi-sisi di atas dapat diketahui kelebihan dua surga yang pertama daripada dua surga yang kedua, dan bahwa kedua surga yang pertama itu dipetuntukkan kepada orang-orang yang didekatkan dari kalangan para nabi, para shiddiqin dan hamba-hamba pilihan Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang saleh, sedangkan pada kedua surga yang kedua disiapkan untuk kaum mukmin pada umumnya. Di semua surga itu terdapat sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terlintas di hati manusia, di dalamnya terdapat apa yang diinginkan jiwa dan indah dipandang mata, penduduknya benar-benar santai, ridha, tenang, dan mendapatkan tempat tinggal yang terbaik, bahkan masing-masing dari mereka tidak melihat bahwa orang lain lebih bagus darinya dan lebih tinggi kenikmatannya darinya.
[17] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan luasnya karunia dan ihsan-Nya, maka Dia berfirman, “Mahasuci nama Tuhanmu Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.” Yakni Mahaagung dan banyak kebaikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang memiliki kebesaran yang unggul di atas segalanya, Mahamulia secara sempurna, serta memuliakan para wali-Nya.
Selesai tafsir surah Ar Rahman dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.