Surah Asy Syuura (Musyawarah)
Surah ke-42. 53 ayat. Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-6: Kemukjizatan Al Qur’an, pemberitahuan bahwa apa yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah wahyu, dan bahwa alam semesta adalah milik Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
حم (١) عسق (٢) كَذَلِكَ يُوحِي إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٣) لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (٤) تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ وَالْمَلائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الأرْضِ أَلا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (٥) وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَولِيَاءَ اللَّهُ حَفِيظٌ عَلَيْهِمْ وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ (٦)
Terjemah Surat Asy Syuura Ayat 1-6
1. Haa Miim.
2. 'Ain Siin Qaaf.
3. [1]Demikianlah Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana[2] mewahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada orang-orang yang sebelummu.
4. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi[3]. Dan Dialah Yang Mahatinggi[4] lagi Mahabesar[5].
5. Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan malaikat-malaikat[6] bertasbih memuji Tuhan-nya[7] dan memohonkan ampunan untuk orang yang ada di bumi[8]. Ingatlah, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang[9].
6. Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah[10], Allah mengawasi (perbuatan) mereka[11]; adapun engkau (Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka[12].
Ayat 7-12: Al Qur’an adalah peringatan untuk seluruh umat manusia, dan penjelasan bahwa perselisihan-perselisihan umat manusia dikembalikan penyelesaiannya kepada kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لا رَيْبَ فِيهِ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ (٧)وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (٨) أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ فَاللَّهُ هُوَ الْوَلِيُّ وَهُوَ يُحْيِي الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٩) وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ (١٠) فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الأنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (١١) لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (١٢)
Terjemah Surat Asy Syuura Ayat 7-12
7. [13]Dan demikianlah Kami wahyukan Al Quran kepadamu dalam bahasa Arab[14], agar engkau memberi peringatan kepada penduduk ibu kota (Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya[15] serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (Kiamat)[16] yang tidak diragukan adanya. [17]Segolongan masuk surga[18], dan segolongan masuk neraka[19].
8. Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia jadikan mereka satu umat[20], tetapi Dia memasukkan orang-orang yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim[21] tidak ada bagi mereka pelindung[22] dan penolong[23].
9. Atau mereka mengambil pelindung-pelindung selain Dia[24]? Padahal Allah, Dialah pelindung (yang sebenarnya)[25]. Dan Dia menghidupkan orang yang mati, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu[26].
10. Dan apa pun yang kamu perselisihkan[27] padanya tentang sesuatu, keputusannya (terserah) kepada Allah[28]. (Yang memiliki sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku[29]. kepada-Nya aku bertawakkal[30] dan kepada-Nya aku kembali[31].
11. (Allah) Pencipta langit dan bumi[32]. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri[33], dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (juga)[34], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia[35]. Dia Yang Maha Mendengar[36] dan Maha Melihat[37].
12. Milik-Nyalah perbendaharaan langit dan bumi[38]; [39]Dia melapangkan rezeki dan membatasinya[40] bagi siapa yang Dia kehendaki[41]. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala sesuatu[42].
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al Qur’anul Karim kepada Nabi yang mulia Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana Dia mewahyukan kepada para nabi dan para rasul sebelumnya. Di sana terdapat keterangan yang jelas tentang karunia-Nya dengan menurunkan kitab-kitab dan mengutus para rasul baik yang dahulu maupun setelahnya, dan bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bukanlah rasul yang baru, dan bahwa jalan Beliau adalah sama seperti jalan rasul-rasul sebelum Beliau, demikian pula keadaannya sama seperti keadaan para rasul sebelumnya. Apa yang Beliau bawa sama seperti yang mereka bawa, karena semuanya hak dan benar.
[2] Kitab Al Qur’an itu turun dari Tuhan yang memiliki sifat ketuhanan, keperkasaan dan kebijaksanaan.
[3] Yakni milik-Nya, ciptaan-Nya dan hamba-Nya. Semuanya di bawah pengaturan-Nya baik yang bersifat qadari (ketetapan-Nya terhadap alam semesta) maupun syar’i (ketetapan-Nya dalam agama).
[4] Baik zat-Nya, kedudukan-Nya maupun kekuasaan-Nya.
[5] Karena kebesaran-Nya langit itu hampir saja pecah.
[6] Yakni malaikat yang mulia lagi didekatkan tunduk kepada keagungan-Nya, menyerahkan diri kepada keperkasaan-Nya dan tunduk dengan rububiyyah-Nya.
[7] Maksudnya, mengagungkan-Nya dari setiap kekurangan, dan menyifati-Nya dengan semua kesempurnaan.
[8] Yaitu kaum mukmin.
[9] Kalau bukan karena ampunan dan rahmat-Nya, tentu Dia akan menyegerakan hukuman yang membinasakan kepada makhluk-Nya yang durhaka. Dengan disifatinya Allah Subhaanahu wa Ta'aala dengan sifat-sifat ini setelah disebutkan bahwa Dia memberi wahyu kepada para rasul secara umum dan
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam secara khusus terdapat isyarat bahwa dalam Al Qur’anul Karim ini terdapat dalil-dalil dan bukti-bukti serta ayat-ayat yang menunjukkan kesempurnaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Demikian pula disifatinya Allah Subhaanahu wa Ta'aala dengan nama-nama yang agung akan membuat hati penuh dengan ma’rifat (mengenal) kepada-Nya, mencintai-Nya, mengagungkan-Nya dan memuliakan-Nya,
serta membuat manusia mengarahkan ibadah baik yang tampak maupun yang tersembunyi kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan bahwa sebuah kezaliman yang paling besar serta perkataan yang paling buruk adalah ketika mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal tandingan-tandingan itu tidak mampu memberikan manfaat dan menimpakan madharrat.
[10] Yaitu kepada patung dan berhala, dimana mereka menyembah kepadanya. Maka sesungguhnya yang mereka ambil adalah sesuatu yang batil, bukan pelindung sama sekali.
[11] Yakni menjaga amal mereka, dan akan membalasnya dengan yang baik atau yang buruk.
[12] Kewajibanmu hanyalah menyampaikan.
[13] Selanjutnya Allah menyebutkan nikmat-Nya kepada Rasul-Nya dan kepada manusia karena telah menurunkan Al Qur’an.
[14] Jelas lafaz dan maknanya.
[15] Maksudnya, penduduk dunia seluruhnya.
[16] Hari Kiamat disebut hari berkumpul karena pada hari itu semua makhluk baik yang terdahulu maupun yang kemudian dikumpulkan.
[17] Ketika itu manusia terbagi menjadi dua golongan.
[18] Yaitu mereka yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul-Nya.
[19] Mereka adalah orang-orang kafir yang mendustakan.
[20] Di atas petunjuk, karena Dia mampu melakukannya, akan tetapi Dia ingin memasukkan ke dalam rahmat-Nya orang yang Dia kehendaki di antara makhluk-Nya.
[21] Yang tidak cocok memperoleh kebaikan, maka mereka terhalang dari mendapatkan rahmat.
[22] Sehingga tidak ada yang membimbing mereka memperoleh hal yang dicintai.
[23] Sehingga tidak ada yang menghindarkan sesuatu yang tidak disukai dari mereka.
[24] Sungguh, mereka telah berbuat sangat salah sekali.
[25] Allah Dialah wali yang sebenarnya, Dia yang membimbing hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya dan menaati-Nya serta untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan taqarrub yang bisa dilakukan,
Dia pula yang mengurus hamba-hamba-Nya secara umum dengan pengaturan-Nya dan berlakunya qadar bagi mereka, Dia pula yang mengurus hamba-hamba-Nya yang mukmin secara khusus dengan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya.
Demikian pula mengurus mereka dengan kelembutan-Nya dan membantu mereka dalam semua urusan mereka.
[26] Dialah yang mengatur mereka dengan menghidupkan dan mematikan, kehendak dan qadar-Nya berlaku bagi mereka. Dialah Tuhan yang berhak diibadahi satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya.
[27] Tentang ushul (masalah pokok) maupun furu’ (masalah cabang) yang kamu tidak bersepakat di sana..
[28] Yakni dikembalikan kepada kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, yang dihukuminya adalah hak dan yang menyelisihinya adalah batil. Mafhum ayat ini adalah bahwa kesepakatan umat merupakan hujjah yang qath’i (pasti),
karena Allah tidak memerintahkan kita mengembalikan kepada-Nya kecuali jika kita berselisih, sehingga dalam hal yang kita sepakati, maka sudah cukup dengan kesepakatan umat, dan bahwa ia terpelihara dari kesalahan. Namun demikian, kesepakatannya harus sesuai dengan yang ada dalam kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.
Ada pula yang menafsirkan, bahwa apa pun yang kamu perselisihkan dengan orang kafir, maka keputusan-Nya diserahkan kepada Allah pada hari Kiamat, yakni Dia akan memutuskannya di antara kamu pada hari itu.
[29] Yakni oleh karena Allah adalah Ar Rabb; Pencipta, Pemberi rezeki, dan pengatur, maka Allah pula yang memberikan keputusan di antara hamba-hamba-Nya dengan keputusan qadari-Nya, syar’i-Nya dan jaza’i(pembalasan)-Nya.
[30] Yakni aku bersandar kepada-Nya dalam mendatangkan manfaat dan menolak madharat serta percaya kepada-Nya bahwa Dia akan memberikan pertolongan.
[31] Yakni menghadap, baik dengan hatiku maupun badanku serta taat dan beribadah kepada-Nya. Syaikh As Sa’diy berkata, “Kedua hal ini merupakan dasar yang sering disebut Allah dalam kitab-Nya, karena dengan berkumpulnya keduanya tercapailah kesempurnaan pada seorang hamba, dan kesempurnaan itu akan hilang ketika keduanya hilang atau salah satunya,
sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’iin” (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan), demikian pula firman-Nya, “Fa’bud-hu wa tawakkal ‘alaih.” (Maka sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya).
[32] Dengan kekuasaan-Nya, kehendak-Nya dan kebijaksanaan-Nya.
[33] Sehingga kamu merasakan ketenangan dengannya dan memperoleh keturunan dan memperoleh manfaat.
Ada yang menafsirkan dengan Dia menjadikan Hawa’ dari tulang rusuk Adam.
[34] Ada jantan dan ada betina. Itu semua karena kamu, yakni untuk melimpahkan nikmat kepadamu.
[35] Yakni tidak ada sesuatu pun dari makhluk-Nya yang serupa dan sama dengan-Nya baik dengan zat-Nya, nama-nama-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatan-Nya. Hal itu, karena semua nama-Nya paling indah dan sifat-Nya adalah sifat sempurna dan agung.
Sedangkan perbuatan-Nya, maka dengannya Dia mengadakan makhluk-makhluk yang besar tanpa ada yang ikut serta dengan-Nya. Oleh karena itu, tidak ada yang serupa dengan-Nya karena sendirinya Dia dengan kesempurnaan dari segala sisi.
Ayat ini merupakan bantahan kepada kaum Musyabbihah yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Sedangkan lanjutan ayatnya, yaitu wahuwas samii’ul ‘aliim (Dia Maha Mendengar dan Maha
Melihat) merupakan bantahan terhadap kaum Mu’aththilah (yang meniadakan sifat bagi Allah). Ahlussunnah pertengahan antara kaum musyabbihah dan kaum mu’aththilah, mereka menetapkan sifat bagi Allah seperti yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya dan disebutkan Rasul dalam sunnah-Nya, namun mereka tidak menyamakan sifat tesebut dengan sifat makhluk-Nya.
[36] Dia mendengar semua suara dengan beragam bahasa serta bermacam-macam kebutuhan.
[37] Dia melihat rayapan semut yang hitam di malam yang gelap di atas batu yang keras.
Dia juga melihat bagaimana makanan mengalir kepada makhluk-makhluk kecil serta mengalirnya air di dahan-dahan yang tipis. Jika yang paling kecil saja dan yang tersembunyi Dia mengetahuinya lalu bagaimana dengan yang besar dan jelas.
[38] Yakni milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi dan di Tangan-Nya kunci-kunci rahmat dan rezeki, serta nikmat-nikmat yang tampak maupun yang tersembunyi. Semua makhluk butuh kepada Allah dalam mendatangkan maslahat mereka dan menghindarkan madharrat dan dalam setiap keadaan, dan tidak ada seorang pun yang berkuasa terhadapnya.
Ada yang menafsirkan perbendaharaan langit dan bumi maksudnya hujan dan tumbuh-tumbuhan.
[39] Allah Subhaanahu wa Ta'aala Dialah yang memberi dan menghalangi, yang menimpakan bahaya dan memberikan manfaat, dimana tidak ada satu pun nikmat yang diperoleh hamba kecuali dari-Nya dan tidak ada yang dapat menolak keburukan kecuali Dia. Sebagaimana firman-Nya,
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup melepaskannya sesudah itu.
Dan Dialah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Terj. Fathir: 2) Oleh karena itulah di ayat ini Dia berfirman, “Dia melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki.”
[40] Sehingga rezeki itu hanya sebatas kebutuhannya dan tidak lebih.
[41] Semua ini mengikuti pengetahuan dan hikmah-Nya.
[42] Dia mengetahui semua keadaan hamba-hamba-Nya, Dia memberikan masing-masingnya yang sesuai dengan hikmah-Nya dan dikehendaki oleh masyi’ah (kehendak)-Nya.
Next
Nara sumber ; Al Quran Kemenag