Ayat 23-26: Batilnya anggapan orang-orang kafir bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berdusta terhadap Tuhannya, dan bantahan terhadap mereka, serta menerangkan bahwa pintu tobat bagi orang-orang yang berdosa masih terbuka.
ذَلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ قُلْ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ (٢٣) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَإِنْ يَشَأِ اللَّهُ يَخْتِمْ عَلَى قَلْبِكَ وَيَمْحُ اللَّهُ الْبَاطِلَ وَيُحِقُّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (٢٤) وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ (٢٥) وَيَسْتَجِيبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَالْكَافِرُونَ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ (٢٦)
Terjemah Surat Asy Syuura Ayat 23-26
23. Itulah (karunia) yang diberitahukan Allah untuk menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan kebajikan[1]. [2]Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku[3] kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan[4].” Dan barang siapa mengerjakan kebaikan[5] akan Kami tambahkan kebaikan baginya[6]. Sungguh, Allah Maha Pengampun[7] lagi Maha Mensyukuri[8].
24. Ataukah mereka[9] mengatakan, " Dia (Muhammad) telah mengada-adakan kebohongan tentang Allah[10].” Sekiranya Allah menghendaki niscaya Dia kunci hatimu[11]. Dan Allah menghapus yang batil dan membenarkan yang benar dengan kalimat-Nya[12]. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati[13].
25. [14]Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan[15] [16]dan mengetahui apa yang kamu kerjakan,
26. [17]Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan[18] serta menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Orang-orang yang ingkar akan mendapat azab yang sangat keras[19].
Ayat 27-31: Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang membagi rezeki kepada hamba-hamba-Nya sesuai maslahat hamba, luasnya rahmat Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan peringatan terhadap maksiat.
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الأرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ (٢٧) وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ (٢٨) وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِنْ دَابَّةٍ وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ (٢٩) وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (٣٠) وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الأرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (٣١)
Terjemah Surat Asy Syuura Ayat 27-31
27. [20] [21]Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi[22], tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki[23]. Sungguh, Dia Mahateliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat[24].
28. Dan Dialah yang menurunkan hujan[25] setelah mereka berputus asa[26] dan menyebarkan rahmat-Nya[27]. Dan Dialah Yang Maha Pelindung[28] lagi Maha Terpuji[29].
29. Dan di antara tanda-tanda(kebesaran)-Nya[30] adalah penciptaan langit dan bumi[31] dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya[32]. Dan Dia Mahakuasa mengumpulkan semuanya[33] apabila Dia kehendaki.
30. [34]Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri[35], dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).
31. Dan kamu[36] tidak dapat melepaskan diri (dari siksaan Allah) di bumi[37], dan kamu tidak memperoleh pelindung[38] atau penolong[39] selain Allah.
Ayat 32-35: Ayat-ayat Allah dan kekuasaan-Nya tampak terlihat di langit dan di bumi.
وَمِنْ آيَاتِهِ الْجَوَارِ فِي الْبَحْرِ كَالأعْلامِ (٣٢) إِنْ يَشَأْ يُسْكِنِ الرِّيحَ فَيَظْلَلْنَ رَوَاكِدَ عَلَى ظَهْرِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (٣٣) أَوْ يُوبِقْهُنَّ بِمَا كَسَبُوا وَيَعْفُ عَنْ كَثِيرٍ (٣٤)وَيَعْلَمَ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِنَا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ (٣٥)
Terjemah Surat Asy Syuura Ayat 32-35
32. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya[40] ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung[41].
33. [42]Jika Dia menghendaki, Dia akan menghentikan angin[43], sehingga jadilah (kapal-kapal) itu terhenti di permukaan laut. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang selalu bersabar dan banyak bersyukur[44],
34. atau (Dia akan) menghancurkan[45] kapal-kapal itu karena perbuatan (dosa) mereka, dan Dia memaafkan banyak (dari mereka),
35. dan agar orang-orang yang membantah ayat-ayat Kami[46] mengetahui bahwa mereka tidak akan memperoleh jalan ke luar (dari siksaan).
[1] Yakni kabar gembira yang besar ini merupakan kabar gembira yang paling besar secara mutlak yang diberitakan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang melalui tangan manusia paling utama (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) untuk orang-orang yang beriman dan beramal saleh, di mana yang diberitakan itu merupakan cita-cita yang paling besar, sedangkan wasilah (sarana) yang menyampaikan ke sana adalah wasilah yang paling utama.
[2] Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abdul Malik bin Maisarah ia berkata: Aku mendengar Thawus berkata, “Ibnu Abbas ditanya tentang ayat ini, “Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” Ia (Thawus) berkata, “Sa’id bin Jubair berkata, “(Yaitu) hubungan kekeluargaan dengan Muhammad.” Kemudian Ibnu Abbas berkata, “Engkau terburu-buru, sesungguhnya tidak ada satu pun marga dari marga-marga Quraisy kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mempunyai hubungan kekerabatan dengan mereka, lalu ia berkata, “Kecuali kamu menyambung hubungan kekerabatan antara aku dengan kamu.”
[3] Yakni atas penyampaian Al Qur’an ini kepadamu dan ajakan kepada hukum-hukumnya. Aku tidak menginginkan hartamu dan berkuasa atas kamu serta kesenangan lainnya.
[4] Bisa maksudnya, aku tidak meminta kepadamu selain satu imbalan yang diperuntukkan buat kamu dan manfaatnya kembalinya kepadamu, yaitu agar kamu mencintaiku karena hubungan kekerabatan, yakni kasih sayang tambahan setelah kasih sayang karena iman, karena kasih sayang dan cinta karena beriman kepada rasul serta mendahulukannya di atas semua kecintaan -setelah cinta kepada Allah- adalah wajib bagi setiap muslim. Mereka itu diminta lebih dari itu, yaitu agar mereka mencintai Beliau karena hubungan kekerabatan, karena Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam telah langsung mendakwahkan kepada orang yang paling dekat kerabatnya dengan Beliau, bahkan sampai disebutkan bahwa tidak ada satu pun dari kabilah Quraisy kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki hubungan kekerabatan kepadanya. Bisa juga maksudnya, bahwa yang Beliau minta adalah kecintaan kepada Allah yang benar yang diiringi dengan taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan mencari sarana untuk taat kepada-Nya yang menunjukkan benarnya kecintaannya. Kedua kemungkinan ini menunjukkan bahwa Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam sama sekali tidak meminta upah selain sesuatu yang kembalinya buat mereka dan hal ini sesungguhnya bukanlah upah, bahkan merupakan imbalan Beliau kepada mereka.
Pengecualian dalam ayat di atas disebut istitsna’ munqathi’ (pengecualian yang memutuskan dengan sebelumnya) seperti ucapan seseorang, “Fulan tidak punya dosa kepadamu selain perbuatan ihsannya kepadamu.”
[5] Seperti shalat, zakat, puasa, haji atau berbuat ihsan kepada orang lain.
[6] Yaitu Allah akan lapangkan dadanya, memudahkan urusannya, menjadi sebab diberi taufiq kepada amalan yang lain, bertambah amalnya, tinggi derajatnya baik di sisi Allah maupun di sisi makhluk-Nya serta memperoleh pahala cepat atau lambat.
[7] Terhadap dosa-dosa meskipun besar dan banyak ketika seseorang bertobat darinya. Dengan ampunan-Nya maka diampuni dosa-dosa dan ditutup semua aib.
[8] Amal yang dikerjakan hamba dengan menerima kebaikannya meskipun sedikit dan melipatgandakannya.
[9] Yang mendustakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
[10] Karena menisbatkan Al Qur’an kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, padahal mereka mengetahui kejujuran dan amanahnya, lalu mengapa mereka berani menuduh Beliau berdusta. Tuduhan tersebut sebenarnya juga mencacatkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, karena Allah yang memberikan kesempatan kepada Beliau untuk mengemban dakwah yang agung ini, menyuarakannya dan menisbatkannya kepada-Nya, dan Dia memperkuat Beliau dengan mukjizat yang nyata dan dalil-dalil yang kuat, ditambah dengan pertolongan-Nya yang jelas dan keberhasilan mengalahkan musuhnya, padahal Allah Subhaanahu wa Ta'aala berkuasa memutuskan dakwah ini dari dasarnya, yaitu dengan mengunci hati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga Beliau tidak dapat menerima apa-apa dan tidak lagi dimasuki oleh kebaikan. Jika hati sudah dikunci maka perkara apa pun terhenti. Ini merupakan dalil yang qath’i benarnya apa yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan persaksian dari Allah yang paling kuat terhadap aa yang Beliau ucapkan, dan bahwa tidak ada persaksian yang lebih besar daripada ini. Oleh karena itulah, termasuk hikmah, rahmat dan sunnah-Nya yang berjalan di alam semesta ini adalah Dia menghapuskan kebatilan dan menyingkirkannya meskipun terkadang kebatilan dalam suatu waktu memiliki sedikit kekuatan, namun akhirnya akan binasa.
[11] Untuk bersabar terhadap gangguan mereka.
[12] Baik kalimat-Nya di alam semesta yang tidak dapat dirubah dan diganti, janji-Nya yang benar, kalimat agama-Nya yang mewujudkan apa yang disyariatkan-Nya berupa kebenaran, mengokohkannya di hati serta menerangi ulul albab (orang-orang yang berakal). Sehingga termasuk penguatan-Nya terhadap yang hak adalah Dia adakan kebatilan untuk melawannya, jika kebatilan melawannya, maka kebenaran menyerangnya dengan bukti dan keterangannya, sehingga dari cahaya dan petunjuknya kalahlah yang batil itu dan tampak jelas kebatilannya oleh semua orang dan kebenaran semakin jelas bagi setiap orang.
[13] Yakni yang ada di dalamnya dan sifat yang melekat padanya baik atau buruk, yang disembunyikan maupun yang ditampakkan.
[14] Ayat ini menerangkan sempurnanya kemurahan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, luasnya pemberian-Nya dan sempurnanya kelembutan-Nya; Dia menerima tobat yang muncul dari hamba-hamba-Nya saat mereka mencabut dosa mereka dan menyesalinya serta berazam untuk tidak mengulanginya jika maksud mereka adalah mencari keridhaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala tetap menerimanya meskipun telah sempurna sebab seseorang binasa.
[15] Yakni menghapusnya dan menghapus pengaruhnya, seperti aib dan hukuman yang menghendakinya, dan orang yang bertobat di sisi-Nya menjadi mulia seakan-akan dia tidak pernah mengerjakan kejahatan pun, Dia juga mencintainya dan memberinya taufik kepada sesuatu yang mendekatkan kepada-Nya.
[16] OIeh karena tobat terkadang sempurna karena sempurnanya keikhlasan dan kejujurannya, namun bisa saja berkurang ketika kurang ikhlas dan jujur, bahkan bisa saja sia-sia jika maksudnya untuk memperoleh tujuan duniawi, dan karena hal itu terletak di hati dimana tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, maka Dia tutup ayat ini dengan firman-Nya, “dan mengetahui apa yang kamu kerjakan,
[17] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengajak semua hamba-hamba-Nya untuk kembali kepada-Nya dan tobat terhadap kelalaiannya, maka terbagilah mereka kepada dua golongan; golongan yang mengikuti yaitu orang-orang yang beriman dan golongan yang tidak mau mengikuti, yaitu orang-orang yang kafir.
[18] Maksudnya orang-orang yang beriman memenuhi ajakan Tuhan mereka saat mengajak mereka kepada-Nya, tunduk kepada-Nya dan mendatangi seruan-Nya, karena iman dan amal saleh yang ada pada mereka membawa mereka kepadanya. Ketika mereka mau mengikuti, maka Allah mensyukuri mereka dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Dia tambahkan kepada mereka pula karunia, taufiq dan semangat untuk beramal serta menambahkan kelipatannya dalam hal pahala melebihi hal yang seharusnya diperoleh amal mereka berupa pahala dan keberuntungan yang besar.
[19] Adapun orang-orang yang tidak mau memenuhi panggilan Allah, yaitu mereka yang tetap membangkang yang kafir kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, maka mereka mendapatkan azab yang keras di dunia dan di akhirat.
[20] Ibnu Jarir meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada ‘Amr bin Harrits dan lainnya, bahwa mereka berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan penduduk Shuffah (serambi masjid), “Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki.” Hal itu karena mereka mengatakan, “Kalau sekiranya kamu punya…dst.” Mereka berangan-angan.
[21] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan, bahwa di antara kelembutan-Nya kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia tidak melapangkan rezeki kepada mereka yang dapat membahayakan agama mereka.
[22] Yakni tentu akan lalai dari menaati Allah, mendatangi kesenangan dunia, sehingga hidup mereka penuh dengan memenuhi hawa nafsu meskipun sebagai kemaksiatan dan kezaliman.
[23] Yakni sesuai kelembutan dan kebijaksanaan-Nya.
[24] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberi mereka rezeki yang Dia pilih yang di sana terdapat kebaikan bagi mereka, Dia lebih tahu dalam hal itu, sehingga Dia memberikan kekayaan orang yang berhak mendapatkannya dan membuat fakir orang yang berhak mendapatkannya. Jika kekayaan memperbaiki imannya, maka Dia memberikannya, tetapi jika kekayaan malah merusaknya, maka Dia berikan kefakiran. Demikian pula jika kesehatan memperbaiki imannya, maka Dia memberikannya dan jika sakit yang memperbaiki imannya, maka Dia berikan sakit.
[25] Yakni hujan yang deras yang mengenai negeri dan penduduknya.
[26] Seyelah mereka mengira bahwa hujan tidak akan turun kepada mereka.
[27] Seperti dikeluarkan-Nya makanan untuk mereka dan hewan ternak mereka, sehingga mereka bergembira dengannya.
[28] Yakni yang mengurus hamba-hamba-Nya dengan berbagai pengurusan, Dia mengurus maslahat agama mereka maupun dunia mereka.
[29] Dalam pengurusan-Nya dan pengarahan-Nya. Demikian pula Maha Terpuji karena kesempurnaan-Nya dan karena Dia melimpahkan berbagai karunia kepada hamba-hamba-Nya.
[30] Yakni termasuk dalil yang menunjukkan kekuasaan-Nya yang besar dan bahwa Dia akan menghidupkan orang yang telah mati setelah matinya.
[31] Dengan keadaannya yang luas dan besar yang menunjukkan kekuasaan-Nya dan luas-Nya kerajaan-Nya. Apa yang tampak pada keduanya berupa kerapihan dan keindahan menunjukkan kebijaksanaan-Nya. Demikian pula apa yang ada pada keduanya berupa berbagai manfaat dan maslahat menunjukkan rahmat-Nya, dan bahwa hal itu menunjukkan bahwa Dia berhak ditujukan berbagai ibadah, dan bahwa peribadahan kepada selain-Nya adalah batil.
[32] Sebagai maslahat dan manfaat bagi hamba-hamba-Nya.
[33] Setelah mereka mati di padang mahsyar pada hari Kiamat.
[34] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa tidaklah Dia menimpakan musibah pada badan mereka, harta mereka, dan anak-anak mereka dan apa saja yang mereka cintai, dimana mereka sangat mencintainya kecuali disebabkan perbuatan tangan mereka, yaitu karena mereka melakukan berbagai maksiat, namun Allah lebih banyak memaafkan, karena Dia tidak menzalimi hamba-hamba-Nya, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri, Dia berfirman, “Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melata pun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; Maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Terj. Fathir: 45) Dan penundaan itu bukanlah berarti meremehkan atau karena lemah.
[35] Digunakan kata tangan, karena kebanyakan tindakan yang dilakukan oleh manusia dengan tangannya. Musibah bagi orang-orang yang berdosa adalah untuk menghapuskan dosa-dosa mereka, adapun bagi orang yang tidak berdosa, maka untuk meninggikan derajat mereka di surga.
[36] Wahai kaum musyrik.
[37] Yani kamu tidak dapat melemahkan kekuasaan Allah terhadapmu, bahkan kamu semua adalah lemah, dan kamu tidak dapat menolak apa yang Allah tetapkan untukmu.
[38] Sehingga kamu memperoleh manfaat.
[39] Yang menghindarkan bahaya darimu.
[40] Yakni di antara dalil yang menunjukkan rahmat dan perhatian-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
[41] Allah menundukkan lautan untuk kapal itu, menjaganya dari gelombang yang besar dan menjadikan kapal itu dapat membawamu dan membawa barang-barangmu yang banyak ke negeri dan daerah yang jauh serta menundukkan semua sebab yang dapat membantu hal itu.
[42] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan tentang sebab-sebab itu.
[43] Dimana dengan angin kapal mereka dapat berjalan.
[44] Orang itu adalah orang mukmin, di mana ia bersabar saat menerima musibah dan terhadap hal yang memberatkan dirinya, seperti rasa lelah ketika menjalankan ketaatan, menolak segala yang mengajak kepada maksiat serta menahan dirinya agar tidak keluh kesah. Demikian pula ia bersyukur saat memperoleh kelapangan dan saat mendapatkan nikmat; dia mengakui nikmat Tuhannya dan tunduk kepada-Nya serta mengalihkan nikmat-nikmat itu untuk mencari keridhaan-Nya. Orang inilah yang dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah. Adapun orang yang tidak bersabar dan bersyukur, maka ia tetap saja berpaling atau membangkang dan tidak mendapatkan manfaat dari ayat-ayat-Nya.
[45] Yakni dengan menenggelamkannya dan membinasakannya, akan tetapi Dia Maha Penyantun dan banyak memaafkan.
[46] Dengan kebatilan mereka.