Ayat 40-45: Hiburan untuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap sikap berpaling orang-orang kafir dan bahwa mereka akan ditanya pada hari Kiamat.
أَفَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ أَوْ تَهْدِي الْعُمْيَ وَمَنْ كَانَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٤٠) فَإِمَّا نَذْهَبَنَّ بِكَ فَإِنَّا مِنْهُمْ مُنْتَقِمُونَ (٤١) أَوْ نُرِيَنَّكَ الَّذِي وَعَدْنَاهُمْ فَإِنَّا عَلَيْهِمْ مُقْتَدِرُونَ (٤٢) فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (٤٣) وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ (٤٤) وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ (٤٥)
Terjemah Surat Az Zukhruf Ayat 40-45
40. [1]Maka apakah engkau (Muhammad) dapat menjadikan orang yang tuli bisa mendengar, atau (dapatkah) engkau memberi petunjuk kepada orang yang buta (hatinya), dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata[2]?
41. [3]Sungguh, sekiranya Kami mewafatkan kamu[4], maka sesungguhnya Kami akan tetap memberikan azab mereka (di akhirat),
42. atau Kami perlihatkan kepadamu (azab) yang telah Kami ancamkan kepada mereka[5]. Maka sungguh, Kami berkuasa atas mereka[6].
43. [7]Maka berpegang teguhlah kamu kepada (agama) yang telah diwahyukan kepadamu[8]. Sungguh, engkau berada di jalan yang lurus[9].
44. Dan sungguh, Al Quran itu benar-benar suatu peringatan bagimu dan bagi kaummu[10], dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban[11].
45. Dan tanyakanlah (Muhammad) kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau[12], "Apakah kami menentukan tuhan-tuhan selain Allah Yang Maha Pengasih untuk disembah?"[13]
Ayat 46-56: Kisah Nabi Musa ‘alaihis salam dengan Fir’aun yang merupakan kisah pertarungan antara kebenaran dengan kebatilan, dan bahwa kemenangan akan selalu diraih oleh kebenaran dan orang-orang yang berpegang di atasnya.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَقَالَ إِنِّي رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٤٦) فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِآيَاتِنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا يَضْحَكُونَ (٤٧)وَمَا نُرِيهِمْ مِنْ آيَةٍ إِلا هِيَ أَكْبَرُ مِنْ أُخْتِهَا وَأَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (٤٨) وَقَالُوا يَا أَيُّهَا السَّاحِرُ ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَ إِنَّنَا لَمُهْتَدُونَ (٤٩) فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِذَا هُمْ يَنْكُثُونَ (٥٠) وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الأنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلا تُبْصِرُونَ (٥١) أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ وَلا يَكَادُ يُبِينُ (٥٢) فَلَوْلا أُلْقِيَ عَلَيْهِ أَسْوِرَةٌ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ جَاءَ مَعَهُ الْمَلائِكَةُ مُقْتَرِنِينَ (٥٣) فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ (٥٤) فَلَمَّا آسَفُونَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ أَجْمَعِينَ (٥٥)فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلا لِلآخِرِينَ (٥٦)
Terjemah Surat Az Zukhruf Ayat 46-56
46. [14]Dan sunguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami[15] kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka dia (Musa) berkata, "Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seluruh alam[16].”
47. Maka ketika dia (Musa) datang kepada mereka membawa mukjizat-mukjizat Kami, seketika itu mereka mentertawakannya[17].
48. Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu mukjizat kepada mereka kecuali (mukjizat itu) lebih besar dari mukjizat-mukjizat (yang sebelumnya). Dan Kami timpakan kepada mereka azab[18] agar mereka kembali (ke jalan yang benar)[19].
49. Dan mereka berkata[20], "Wahai pesihir[21]! Berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu[22]; Sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.”
50. Maka ketika Kami hilangkan azab itu dari mereka[23], ketika itu (juga) mereka ingkar janji[24].
51. Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata[25], "Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku[26] dan (bukankah) sungai-sungai[27] ini mengalir di bawahku[28]; apakah kamu tidak melihat[29]?
52. Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)[30]?
53. Maka mengapa dia (Musa) tidak dipakaikan gelang dari emas[31], atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya[32]?"
54. Maka Fir'aun (dengan perkataan itu) telah mempengaruhi kaumnya[33], sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik[34].
55. Maka ketika mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),
56. dan Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu, dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian[35].
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman kepada Rasul-Nya memberinya hiburan karena orang-orang yang mendustakan tidak mau memenuhi seruan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, dan bahwa mereka tidak memiliki kebaikan sama sekali serta tidak memiliki sifat baik yang membuat mereka mendatangi petunjuk.
[2] Dia tersesat dalam keadaan tahu bahwa dirinya tersesat dan ridha dengannya.
[3] Sebagaimana orang yang tuli tidak dapat mendengar suara, orang yang buta tidak dapat melihat dan orang yang sesat dengan kesesatan yang nyata tidak mendapatkan petunjuk, maka mereka ini telah rusak fitrah dan akalnya karena berpaling dari peringatan dan mengadakan keyakinan yang baru dan sifat yang buruk yang menghalangi mereka dari petunjuk dan mengharuskan mereka bertambah sengsara, sehingga tidak tersisa lagi bagi mereka selain azab dan hukuman baik di dunia maupun di akhirat.
[4] Yakni sebelum engkau mencapai kemenangan atau sebelum memperlihatkan azab yang dijanjikan-Nya kepada mereka, maka ketahuilah Kami tetap akan memberikan azab kepada mereka.
[5] Maksudnya ialah kemenangan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan kehancuran kaum musyrik.
[6] Akan tetapi hal itu sesuai kebijaksanaan-Nya untuk menangguhkan azab atau menyegerakannya. Inilah keadaan engkau dan keadaan orang-orang yang mendustakanmu.
[7] Yakni adapun engkau, maka berpeganglah…dst.
[8] Baik dengan mengerjakannya maupun bersifat dengannya, demikian pula mendakwahkannya dan berusaha mewujudkannya (berpegang teguh itu) baik pada dirimu maupun pada diri orang lain.
[9] Yang menyampaikan kepada Allah dan kepada surga-Nya. Hal ini mengharuskan engkau berpegang kepada agama-Nya dengan kuat dan menjadikannya petunjuk, jika engkau mengetahui bahwa engkau berada di atas yang hak, di atas keadilan, dan kebenaran, dan engkau berada di atas bangunan yang berpondasi kuat, sedangkan orang lain berada di atas bangunan yang mudah roboh; di atas keraguan, persangkaan, dan kezaliman.
[10] Bisa juga diartikan sebagai kemuliaan dan ketinggian bagimu serta nikmat yang tidak dapat diukur besarnya, demikian pula mengingatkan kamu sesuatu yang di sana terdapat kebaikan di dunia maupun di akhirat, mendorongmu kepadanya, serta mengingatkan kamu kepada keburukan dan menakut-nakuti kamu darinya.
[11] Yakni yang terkait dengan Al Qur’an itu; apakah kamu sudah memenuhi haknya sehingga Al Qur’an menjadi hujjah bagimu atau malah tidak memenuhinya sehingga Al Qur’an menjadi hujjah atasmu.
[12] Ada yang berpendapat, bahwa perintah ini sesuai zhahirnya, yaitu pada malam Beliau berisraa’-mi’raj dikumpulkan para rasul kepada Beliau, lalu Beliau diperintahkan untuk bertanya kepada para rasul, namun Beliau sudah cukup yakin sehingga tidak bertanya. Namun kebanyakan para mufassir berkata, “(Maksudnya) bertanyalah kepada orang-orang mukmin dari Ahli Kitab yang para nabi diutus kepada mereka, bukankah para rasul datang membawa tauhid?” Ini adalah pendapat Ibnu Abbas dalam semua riwayat, Mujahid, Qatadah, Adh Dhahhak, As Suddiy, Al Hasan dan dua orang Muqatil. Hal ini ditunjukkan pula oleh qiraat Abdullah (Ibnu Mas’ud) dan Ubay, “Was ‘alilladziina ar salnaa ilaihim qablaka rusulanaa.”
Perintah untuk bertanya ini adalah untuk menyatakan kepada kaum musyrik Quraisy, bahwa tidak ada satu pun rasul maupun kitab yang memerintahkan beribadah kepada selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[13] Ayat ini menunjukkan bahwa semua para rasul menyuruh menyembah Allah dan menjauhi sesembahan selain-Nya. Demikian pula menunjukkan bahwa kaum musyrik tidak memiliki sandaran dalam syriknya, baik dari akal yang sehat maupun nukilan dari para rasul.
[14] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan tanyakanlah (Muhammad) kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, "Apakah kami menentukan tuhan-tuhan selain Allah Yang Maha Pengasih untuk disembah?", maka Dia menerangkan keadaan Musa dan dakwahnya yang sudah masyhur.
[15] Yang menunjukkan kebenaran kerasulannya dan apa yang Beliau serukan, seperti tongkat, ular, pengiriman belalang dan kutu, dll.
[16] Beliau mengajak mereka mengakui Tuhan mereka (Allah) dan melarang mereka beribadah kepada selain-Nya.
[17] Mereka menolak dan mengingkarinya serta memperolok-oloknya dengan sikap zalim dan sombong, sehingga hal itu bukan karena mukjizatnya yang kurang dan tidak jelasnya ayat-ayatnya. Oleh karena itulah di ayat selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu mukjizat kepada mereka kecuali (mukjizat itu) lebih besar dari mukjizat-mukjizat (yang sebelumnya).”
[18] Yang dimaksud azab di sini ialah azab duniawi sebagai cobaan dari Allah seperti kurangnya makanan, berjangkitnya hama tumbuh-tumbuhan, merebaknya belalang, katak, darah dsb.
[19] Agar mereka beriman dan tidak berbuat syrik dan berbuat buruk.
[20] Ketika azab itu menimpa mereka.
[21] Yang mereka maksud dengan pesihir di sini ialah Nabi Musa ‘alaihis salam. Ucapan ini bisa maksudnya memperolok-olok Beliau dan bisa maksudnya sebagai ucapan penghormatan mereka kepada Beliau, karena mereka menyangka bahwa ulama mereka adalah para pesihir.
[22] Yakni dengan keistimewaan yang Allah berikan kepadamu berupa keutamaan dan kelebihan.
[23] Dengan doa Musa.
[24] Mereka tidak memenuhi janji mereka untuk beriman dan mereka tetap di atas kekafiran (lihat pula surah Al A’raaf: 133-135).
[25] Merasa tinggi dengan kebatilannya dan telah tertipu oleh kerajaannya. Harta dan tentaranya juga telah membuatnya bersikap melampaui batas.
[26] Yakni aku rajanya dan yang berkuasa bertindak di dalamnya.
[27] Yang berasal dari sungai Nil.
[28] Yakni di bawah istanaku.
[29] Kebesaran dan kerajaanku yang panjang dan lebar. Hal ini termasuk kebodohannya yang dalam, karena ia berbangga dengan sesuatu yang berada di luar dirinya dan tidak berbangga dengan sifat-sifat terpuji dan perbuatan yang baik.
[30] Hal itu karena Beliau tidak fasih lisannya. Ini bukanlah aib jika Beliau masih bisa menerangkan isi hatinya meskipun berat dalam mengucapkan.
[31] Maksudnya, mengapa Tuhan tidak memakaikan gelang emas kepada Musa, sebab menurut kebiasaan mereka apabila seseorang akan diangkat menjadi pemimpin, mereka mengenakan gelang dan kalung emas kepadanya sebagai tanda kebesaran.
[32] Sambil menjadi saksi atas kebenarannya, membantu dakwahnya dan menguatkan ucapannya.
[33] Dengan syubhat yang ditampilkannya yang sesungguhnya tidak ada hakikatnya, yang bukan dalil terhadap yang hak maupun yang batil; syubhat yang hanya laku di kalangan orang yang lemah akal. Mana dalil yang menunjukkan bahwa Fir’aun adalah orang yang benar dalam pernyataannya bahwa dirinya sebagai raja Mesir dan sungai-sungai mengalir di bawah istananya. Apakah di sana terdapat dalil yang menunjukkan batilnya apa yang dibawa Nabi Musa ‘alaihis salam hanya karena pengikutnya sedikit, lisannya tidak fasih dan karena Allah tidak memberinya perhiasan selain hanya karena Beliau bertemu dengan para pemuka yang tidak berakal yang selalu mengikuti ucapan pimpinannya; benar atau salah.
[34] Oleh karena kefasikannya, Allah jadikan Fir’aun untuk mereka; dimana dia menghias kesyirkkan dan keburukan kepada mereka.
[35] Agar mereka tidak melakukan hal yang sama dengannya.