Ayat 21-26: Tampaknya kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan keesaan-Nya dalam segala sesuatu seperti dalam menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuhan, dan tidak ada yang merasakannya selain orang yang Allah lapangkan dadanya, serta gambaran kekhusyu’an orang mukmin.
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الأرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ (٢١) أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٢٢) اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (٢٣) أَفَمَنْ يَتَّقِي بِوَجْهِهِ سُوءَ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَقِيلَ لِلظَّالِمِينَ ذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ (٢٤)كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لا يَشْعُرُونَ (٢٥)فَأَذَاقَهُمُ اللَّهُ الْخِزْيَ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (٢٦)
Tafsir Surat Az Zumar Ayat 21-26
21. [1]Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah telah menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, kemudian menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran[2] bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat.
22. Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam[3] lalu dia mendapat cahaya dari Tuhannya[4] (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah[5]. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata[6].
23. [7]Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (ayat-ayatnya)[8] lagi berulang-ulang[9], [10]gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah[11]. Itulah[12] petunjuk Allah[13], dengan kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki[14]. Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk[15].
24. Maka apakah orang-orang yang melindungi wajahnya[16] menghindari azab yang buruk pada hari Kiamat (sama dengan orang mukmin yang tidak kena azab)? Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim[17], "Rasakanlah olehmu balasan apa yang telah kamu kerjakan.”
25. Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul)[18], maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka.
26. Maka Allah menimpakan kepada mereka kehinaan[19] pada kehidupan dunia. Dan sungguh, azab akhirat lebih besar, kalau saja mereka mengetahui[20].
Ayat 27-31: Perumpamaan dalam Al Qur’an, dan penjelasan bahwa manusia pasti akan mati dan akan dibangkitkan kembali untuk dihisab.
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (٢٧) قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (٢٨) ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا رَجُلا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلا الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْلَمُونَ (٢٩) إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ (٣٠) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ (٣١)
Tafsir Surat Az Zumar Ayat 27-31
27. [21]Dan sungguh, telah Kami buatkan dalam Al Quran ini segala macam perumpamaan bagi manusia agar mereka dapat pelajaran[22].
28. (Yaitu) Al Qur’an dalam bahasa Arab[23], tidak ada kebengkokan (di dalamnya)[24] agar mereka bertakwa[25].
29. Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (hamba sahaya) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan, dan seorang hamba sahaya yang menjadi milik penuh dari seorang (saja). Adakah kedua hamba sahaya itu sama keadaannnya[26]? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui[27].
30. Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan mereka akan mati (pula)[28].
31. Kemudian sesungguhnya kamu pada hari Kiamat akan berbantah-bantah[29] di hadapan Tuhanmu.
[1] Di ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan ulul albaab (orang-orang yang berakal sehat).
[2] Dengan memperhatikan hal tersebut, maka orang-orang yang berakal sehat dapat mengingat betapa besarnya perhatian Allah dan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya, dimana Dia telah memudahkan kepada mereka air tesebut dan menyimpannya di dalam bumi untuk maslahat mereka. Dari sana, mereka (orang-orang yang berakal sehat) dapat mengetahui sempurnanya kekuasaan Allah, dan bahwa Dia sanggup menghidupkan orang-orang yang telah mati sebagaimana Dia mampu menghidupkan bumi setelah matinya, dan dari sana mereka juga mengetahui bahwa yang berbuat demikian adalah yang berhak diibadahi. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berakal sehat yang engkau sering sebut mereka dalam kitab-Mu, yang Engkau tunjuki mereka dengan memberikan kepada mereka akal yang ehat. Engkau pula yang memperlihatkan kepada mereka rahasia kitab-Mu dan keindahan ayat-ayat-Mu yang tidak dapat dicapai oleh selain mereka, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.
[3] Siap menerima syariat Allah dan mengamalkannya dengan dada yang lapang dan hati yang tenang.
[4] Yakni di atas ilmu atau pandangan yang tajam yang diberikan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[5] Hatinya tidak lunak ketika mendengarkan firman Allah, tidak mau memperhatikan ayat-ayat-Nya dan tidak merasa tenang dengan mengingat-Nya, bahkan ia berpaling dari Tuhannya dan beralih kepada selain-Nya, maka bagi mereka kecelakaan yang besar.
[6] Kesesatan apa yang lebih besar daripada kesesatan orang yang berpaling dari Tuhannya, berpaling dari kebahagiaan kepada kesesatan, hatinya keras dari mengingat Allah dan mendatangi semua yang merugikannya?
[7] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang kitab yang diturunkan-Nya, bahwa ia adalah perkataan yang paling baik secara mutlak dan sebagai kitab yang terbaik di antara kitab-kitab yang diturunkan. Jika Al Qur’an merupakan kitab yang terbaik, maka dapat diketahui bahwa lafaz-lafaznya adalah lafaz yang paling fasih dan jelas, dan bahwa maknanya adalah makna yang paling agung, karena ia adalah sebaik-baik perkataan baik pada lafaz maupun maknanya.
[8] Baik dalam hal indahnya maupun kesamaannya dan tidak ada pertentangan di dalamnya dari berbagai sisi. Oleh karena itu, setiap kali orang yang mememikirkannya melakukan tadabbur dan tafakkur, maka ia akan mengetahui kesamaannya, bahkan pada maknanya yang tersembunyi yang dapat membuat tercengang orang-orang yang memperhatikannya, dan dapat membuat seseorang memastikan bahwa Al Qur’an ini berasal dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Inilah maksud mutasyaabih (kemiripan) dalam ayat tersebut. Adapun tentang firman Allah Ta’ala, “Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.” (Terj. Ali Imran: 7) maksud mutasyabihat di ayat ini adalah yang masih samar dipahami oleh kebanyakan manusia, dan kesamaran ini tidaklah hilang kecuali dengan mengembalikan kepada ayat-ayat yang muhkamat (jelas). Demikian yang dijelaskan oleh Syaikh As Sa’diy.
[9] Maksud berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu diulang-ulang dalam Al Quran agar lebih kuat pengaruhnya dan lebih meresap, demikian pula diulang-ulang janji dan ancaman, targhib (dorongan) dan tarhib (menakuti-nakuti), sifat orang-orang yang baik dan sifat orang-orang yang buruk, serta nama-nama Allah dan sifat-Nya. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa maksudnya bahwa ayat-ayat Al Quran itu diulang-ulang membacanya dalam shalat seperti halnya surat Al Faatihah.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengetahui kebutuhan makhluk kepada makna dan kandungan Al Qur’an yang menyucikan hati dan menyempurnakan akhlak, dan bahwa makna-maknanya bagi hati ibarat air bagi tumbuh-tumbuhan yang butuh sering disiram. Jika penyiraman dilakukan berulang kali, maka tentu hasil tumbuhannya akan baik; mengeluarkan berbagai macam buah-buahan yang bermanfaat.
[10] Oleh karena keadaan Al Qur’an begitu agung dan mulia, maka ia berpengaruh sekali bagi hati ulul albab yang mendapatkan petunjuk, sehingga membuat hati merea bergetar.
[11] Maksudnya orang-orang yang takut kepada Allah bergemetar kulitnya ketika mengingat ancaman Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan menjadi tenang ketika mengingat janji-Nya.
[12] Kata dzaalika (itu) di ayat ini bisa kembalinya kepada Al Qur’an yang telah disebutkan sifatnya, dan bisa juga kembali kepada pengaruh yang dihasilkan oleh Al Qur’an.
[13] Dimana tidak ada jalan yang menyampaikan kepada Allah selain jalan yang ditunjukkannya.
[14] Yang baik niatnya sebagaimana firman Allah Ta’ala di ayat yang lain, “Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”
[15] Karena tidak ada jalan yang dapat menyampaikan kepada-Nya kecuali dengan taufiq-Nya dan taufiq-Nya untuk mendatangi kitab-Nya. Jika tidak memperoleh taufiq untuk itu, maka tidak ada jalan untuk memperoleh petunjuk, dan tidak ada lagi setelahnya selain kesesatan dan kesengsaraan.
[16] Ketika itu ia kesulitan menghindarkan mukanya dari azab karena tangan dan kakinya dibelenggu.
[17] Yang menzalimi diri mereka dengan kekafiran dan kemaksiatan.
[18] Sebagaimana mereka yang mendustakan itu.
[19] Dengan azab itu. Mereka menjadi hina di hadapan Allah dan di hadapan makhluk-Nya.
[20] Oleh karena itu, hendaknya mereka yang mendustakan itu berhati-hati jika tetap mendustakan, sehingga mereka ditimpa azab sebagaimana yang menimpa umat-umat sebelum mereka.
[21] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa Dia membuat berbagai perumpamaan dalam Al Qur’an, perumpamaan orang-orang yang baik dan perumpamaan orang-orang yang buruk, perumpamaan tauhid dan perumpamaan syirk, dan masing-masing perumpamaan mendekatkan hakikat segala sesuatu. Hikmahnya adalah agar mereka mendapat pelajaran.
[22] Ketika Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan yang hak, sehingga mereka tahu dan mau mengamalkannya.
[23] Jelas lafaznya dan mudah dipahami khususnya bagi orang-orang Arab.
[24] Tidak ada cacat dan kekurangan di dalamnya dari berbagai sisi, baik pada lafaz maupun maknanya. Oleh karena tidak bengkok, maka berarti sangat lurus sekali.
[25] Kepada Allah. Karena Dia telah memudahkan jalan-jalan ke arah takwa, baik yang berupa ilmu maupun amal dengan Al Qur’an ini, di dalamnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah membuatkan berbagai perumpamaan agar manusia mengambil pelajaran sehingga mau bertakwa.
[26] Yakni tidaklah sama antara seorang hamba milik orang banyak dengan seorang hamba sahaya milik seorang saja, karena yang pertama (seorang hamba milik orang banyak) jika diminta oleh para pemiliknya dalam waktu yang sama, tentu ia akan bingung siapakah di antara pemiliknya yang lebih dulu ia layani, dan ia tidak mungkin dapat istirahat, sedangkan mereka semua minta dilayani pada saat itu. Ini adalah perumpamaan untuk orang musyrik, di mana ia berdoa kepada sembahan yang ini, lalu sembahan yang itu, kemudian yang di sini, kemudian yang di sana, sedangkan orang yang kedua (hamba sahaya miliki seorang saja) adalah perumpamaan untuk orang yang bertauhid.
[27] Mereka tidak mengetahui akibat dari perbuatan mereka, sehingga mereka berani berbuat syirk.
[28] Ayat ini sama seperti firman Allah Ta’ala, “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad); maka jika kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (Terj. Al Anbiya’: 34)
[29] Tentang masalah yang kamu perselisihkan, kemudian Allah memberikan keputusan di antara mereka dengan hukum-Nya yang adil dan memberikan balasan kepada masing-masingnya sesuai amalnya, Allah menjumlahkan amal itu, namun mereka telah lupa.