Ayat 9-10: Keadaan orang mukmin di hadapan Tuhannya, keutamaan orang berilmu di atas selainnya, pengarahan untuk bertakwa kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan memperbaiki amal.
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ (٩) قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (١٠)
Tafsir Surat Az Zumar Ayat 9-10
9. [1](Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui[2] dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"[3] Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat[4] yang dapat menerima pelajaran[5].
10. Katakanlah (Muhammad)[6], "Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan[7]. Dan bumi Allah itu luas[8]. Hanya orang-orang yang bersabarlah[9] yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.
Ayat 11-20: Hakikat ikhlas, gambaran siksaan bagi penghuni neraka, sifat orang-orang yang bertakwa yang mengikuti perintah Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (١١) وَأُمِرْتُ لأنْ أَكُونَ أَوَّلَ الْمُسْلِمِينَ (١٢) قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (١٣) قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي (١٤) فَاعْبُدُوا مَا شِئْتُمْ مِنْ دُونِهِ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ (١٥) لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ ذَلِكَ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ (١٦) وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِي (١٧) الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الألْبَابِ (١٨)أَفَمَنْ حَقَّ عَلَيْهِ كَلِمَةُ الْعَذَابِ أَفَأَنْتَ تُنْقِذُ مَنْ فِي النَّارِ (١٩) لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ غُرَفٌ مِنْ فَوْقِهَا غُرَفٌ مَبْنِيَّةٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَعْدَ اللَّهِ لا يُخْلِفُ اللَّهُ الْمِيعَادَ (٢٠)
Tafsir Surat Az Zumar Ayat 11-20
11. Katakanlah, "Sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama[10].
12. Dan aku diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri[11].”
13. Katakanlah, "Sesungguhnya aku takut akan azab pada hari yang besar[12] jika aku durhaka kepada Tuhanku[13].”
14. Katakanlah, "Hanya Allah yang aku sembah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku.”
15. Maka sembahlah selain Dia sesukamu! (Wahai orang-orang musyrik)[14]. Katakanlah, "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat[15].” Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata[16].
16. [17]Di atas mereka ada lapisan-lapisan dari api dan di bawahnya juga ada lapisan-lapisan yang disediakan bagi mereka. Demikianlah Allah mengancam hamba-hamba-Nya (dengan azab itu)[18]. Wahai hamba-hamba-Ku, maka bertakwalah kepada-Ku.”
17. [19]Dan orang-orang yang menjauhi Thaghut[20] (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah[21], mereka pantas mendapat berita gembira[22]; sebab itu sampaikanlah kabar gembira itu kepada hamba- hamba-Ku[23],
18. (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[24]. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat[25].
19. Maka apakah (engkau hendak mengubah nasib) orang-orang yang telah dipastikan mendapat azab[26]? Apakah engkau (Muhammad) akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka[27]?
20. Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi (di surga)[28], di atasnya terdapat pula tempat-tempat yang tinggi yang dibangun (bertingkat-tingkat), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai[29]. (Itulah) janji Allah. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.
[1] Ayat ini membandingkan antara orang yang menjalankan ketaatan kepada Allah dengan orang yang tidak demikian, dan membandingkan antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, yaitu bahwa hal ini termasuk perkara yang jelas bagi akal dan diketahui secara yakin perbedaannya. Oleh karena itu, tidaklah sama antara orang yang berpaling dari ketaatan kepada Tuhannya dan mengikuti hawa nafsunya dengan orang yang menjalankan ketaatan, bahkan ketaatan yang dijalankannya adalah ketaatan yang paling utama, yaitu shalat dan di waktu yang utama, yaitu malam. Allah menyifati orang ini dengan banyak beramal dan menyifatinya dengan rasa takut dan harap, rasa takut masuk ke neraka karena dosa-dosa yang lalu yang telah dikerjakannya dan rasa berharap masuk ke surga karena amal yang dikerjakannya.
[2] Yakni mengenal Tuhannya, mengenal syariat-Nya dan mengenal pembalasan-Nya serta mengenal rahasia dan hikmah-hikmahnya.
[3] Yakni tentu tidak sama sebagaimana tidak sama antara siang dan malam, antara terang dan kegelapan, dan antara air dan api.
[4] Mereka memiliki akal yang membimbing mereka untuk melihat akibat dari sesuatu, berbeda dengan orang yang tidak punya akal, maka ia menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.
[5] Sehingga mereka mengutamakan yang kekal daripada yang sebentar, mengutamakan yang tinggi daripada yang rendah, mengutamakan ilmu daripada kebodohan dan mengutamakan ketaatan daripada kemaksiatan.
[6] Kepada manusia-manusia utama, yaitu orang-orang mukmin sambil memerintahkan mereka mengerjakan perintah yang paling utama, yaitu takwa; dengan menyebutkan sebab yang mengharuskan untuk bertakwa yaitu rububiyyyah (pengurusan) Allah kepada mereka dan nikmat-Nya yang menghendaki mereka untuk bertakwa. Termasuk yang menghendaki mereka bertakwa adalah keimanan yang Allah karuniakan kepada mereka. Seperti ucapan kita, “Wahai orang yang dermawan, bersedekahlah.”
[7] Demikian pula memperoleh rezeki yang luas, jiwa yang tenang, hati yang lapang sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Terj. An Nahl: 97)
[8] Oleh karena itu berhijrahlah jika kamu dicegah untuk beribadah di suatu tempat menuju tempat yang lain, atau berhijrahlah dari tengah-tengah orang kafir dan musyrik, serta dari tempat yang penuh dengan kemungkaran yang sudah sulit diperbaiki.
Jika ada yang beranggapan, “Ya, bahwa orang yang berbuat baik di dunia akan memperoleh kebaikan, lalu bagaimana dengan orang yang beriman di suatu tempat, namun ternyata ia ditindas dan dianiaya di sana?” Maka anggapan ini dapat ditolak dengan firman Allah Taala, “Dan bumi Allah itu luas.” Yakni bukankah ia dapat berhijrah. Oleh karena itu, bagi orang yang berhijrah pasti memiliki tempat di mana ia dapat menegakkan agamanya sehingga ia memperoleh kebaikan.
[9] Yaitu yang bersabar menjalankan ketaatan, bersabar menjauhi kemaksiatan dan bersabar terhadap taqdir Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Dalam ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjanjikan pahala tanpa batas dan tanpa ukuran bagi orang-orang yang bersabar. Hal ini tidak lain karena keutamaan sabar, kedudukannya yang tinggi di sisi Allah, dan dapat membantu segala urusan.
[10] Yakni dengan tidak berbuat syirk di dalamnya.
[11] Dari kalangan umat ini. Hal itu, karena orang yang berdakwah harus sebagai orang yang pertama menjalankan apa yang dia dakwahkan. Perintah berserah diri atau tunduk tertuju kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, demikian pula orang yang menjadi pengikutnya, yakni harus berserah diri/tunduk dalam sikap atau amal yang tampak serta ikhlas dalam amal yang tampak maupun yang tersembunyi.
[12] Pada hari itu orang yang berbuat syirk akan kekal dalam siksa, dan orang yang durhaka akan diberikan siksa.
[13] Dalam perintah-Nya untuk berbuat ikhlas dan berserah diri (tunduk).
[14] Perintah ini bukanlah menurut arti yang sebenarnya, tetapi sebagai pernyataan kemurkaan Allah terhadap kaum musyrikin yang telah berkali-kali diajak kepada tauhid tetapi mereka selalu ingkar. Ayat ini sama seperti kandungan surah Al Kafirun.
[15] Yaitu dengan menjadikan diri mereka kekal di neraka dan tidak memperoleh kenikmatan dan bidadari yang telah disiapkan Allah di surga bagi orang-orang yang beriman. Ya Allah masukkanlah kami ke surga dan jauhkanlah kami dari neraka. Ya Allah masukkanlah kami ke surga dan jauhkanlah kami dari neraka. Ya Allah masukkanlah kami ke surga dan jauhkanlah kami dari neraka.
[16] Ya, karena tidak ada kerugian yang menyamainya. Ia adalah kerugian yang terus menerus dan tidak ada keberuntungan setelahnya, bahkan tidak ada keselamatan.
[17] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan kesengsaraan yang akan mereka peroleh.
[18] Agar mereka bertakwa kepada-Nya. Maka Mahasuci Allah yang merahmati hamba-hamba-Nya dalam segala hal, memudahkan untuk mereka jalan yang menyampaikan kepada-Nya dan mendorong mereka menempuhnya.
[19] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan keadaan orang-orang yang berdosa, maka Dia menyebutkan keadaan orang-orang yang kembali kepada Allah dan balasan bagi mereka.
[20] Thaghut ialah setan dan apa saja yang disembah selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[21] Dengan beribadah kepada-Nya dan berbuat ikhlas di dalamnya. Dengan demikian, mereka beralih dari syirk menuju tauhid, dari maksiat menuju taat, dan dari bid’ah menuju Sunnah.
[22] Yang tidak dapat diukur dan diketahui sifatnya karena demikian besar. Berita gembira ini mencakup berita gembira di dunia seperti pujian yang baik, mimpi yang baik, perhatian dari Allah yang mereka lihat di sela-sela hidup mereka, bahwa Dia bermaksud memuliakan mereka di dunia dan akhirat. Mereka juga memperleh berita gembira di akhirat, yaitu ketika mati, ketika di kubur, ketika pada hari Kiamat dan diakhiri dengan berita gembira oleh Tuhan Yang Maha Pemurah, yaitu selalu mendapatkan keridhaan-Nya, kebaikan-Nya, ihsan-Nya dan memperoleh keamanan dari-Nya di surga. Ya Allah, berikanlah yang demikian itu kepada kami, sesungguhnya kami membutuhkannya.
[23] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa bagi mereka berita gembira, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Nabi-Nya untuk menyampaikan berita gembira itu dan menyebutkan sifat orang yang mendapat berita gembira itu. Dalam ayat ini terdapat anjuran memberikan berita gembira kepada orang-orang mukmin.
[24] Maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran karena ia adalah ajaran yang paling baik sebagaimana yang diterangkan dalam ayat 23 surah ini.
[25] Inilah orang-orang yang berakal sehat, yaitu orang-orang yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang mesti didahulukan dan mana yang tidak.
[26] Karena terus menerus di atas kesesatan, pembangkangan dan kekafiran setelah peringatan disampaikan berkali-kali.
[27] Maksudnya adalah bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mampu memberi petunjuk orang yang telah ditetapkan sesat yang akan masuk neraka.
[28] Saking indah, elok dan bersihnya tempat itu sampai-sampai bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalam dapat dilihat dari luar, dan saking tingginya, tempat-tempat itu dilihat sebagaimana dilihat bintang di langit.
[29] Yang memancar dan menyirami kebun-kebun dan pepohonan, sehingga kebun-kebun itu mengeluarkan buah-buahan yang lezat.