Ayat 9-14: Sebagian fenomena kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam mengirimkan angin, menciptakan manusia, menciptakan air yang segar dan asin dan menciptakan malam dan siang.
وَاللَّهُ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَسُقْنَاهُ إِلَى بَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَحْيَيْنَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا كَذَلِكَ النُّشُورُ (٩) مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ (١٠)وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلا تَضَعُ إِلا بِعِلْمِهِ وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلا فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (١١) وَمَا يَسْتَوِي الْبَحْرَانِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَائِغٌ شَرَابُهُ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (١٢) يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأجَلٍ مُسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ (١٣) إِنْ تَدْعُوهُمْ لا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ (١٤)
Terjemah Surat Fathir Ayat 9-14
9. [1]Dan Allahlah yang mengirimkan angin; lalu (angin itu) menggerakkan awan, maka Kami arahkan awan itu ke suatu negeri yang mati (tandus)[2] lalu dengan hujan itu Kami hidupkan bumi setelah mati (kering)[3]. Seperti itulah kebangkitan itu[4].
10. Barang siapa menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah[5]. kepada-Nyalah akan naik[6] perkataan-perkataan yang baik[7], dan amal saleh[8] Dia akan mengangkatnya[9]. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan[10] mereka akan mendapat azab yang sangat keras[11], dan rencana jahat mereka akan hancur[12].
11. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah[13] kemudian dari air mani[14], kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan)[15]. Tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan tidak dipanjangkan umur seseorang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (Lauh Mahfuzh)[16]. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah[17].
12. [18]Dan tidak sama (antara) dua lautan; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari (masing-masing laut) itu kamu dapat memakan daging yang segar[19] dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai[20], dan di sana kamu melihat kapal-kapal berlayar membelah laut agar kamu dapat mencari karunia-Nya[21] dan agar kamu bersyukur.
13. [22]Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar menurut waktu yang ditentukan[23]. [24]Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, milik-Nyalah segala kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah[25] tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari[26].
14. Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu[27], dan sekiranya mereka mendengar, mereka juga tidak memperkenankan permintaanmu[28]. Dan pada hari Kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu[29] dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu[30] seperti yang diberikan oleh (Allah) Yang Mahateliti[31].
Ayat 15-18: Allah Subhaanahu wa Ta'aala Mahakaya tidak membutuhkan makhluk-Nya, sedangkan semua makhluk butuh kepada-Nya, dan bahwa setiap manusia diminta pertanggung jawaban terhadap amalnya masing-masing.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (١٥) إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ (١٦) وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ (١٧) وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى إِنَّمَا تُنْذِرُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَمَنْ تَزَكَّى فَإِنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ (١٨)
Terjemah Surat Fathir Ayat 15-18
15. [32]Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji[33].
16. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu)[34].
17. Dan yang demikian itu tidak sulit bagi Allah.
18. Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[35]. Dan jika seseorang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya[36]. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya[37] dan mereka yang mendirikan shalat[38]. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya[39], sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. dan kepada Allah-lah tempat kembali[40].
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang sempurnanya kuasa-Nya dan luasnya kepemurahan-Nya.
[2] Lalu Allah turunkan hujan kepadanya.
[3] Maka bumi menjadi hidup dan makhluk hidup memperoleh rezeki.
[4] Yakni Allah Subhaanahu wa Ta'aala apabila hendak membangkitkan, maka Dia menurunkan hujan dari bawah ‘Arsy yang mengena kepada bumi secara merata, lalu jasad-jasad itu tumbuh dalam kuburnya sebagaimana tumbuhnya sebutir biji di bumi, kemudian mereka datang menghadap Allah agar Dia memberikan keputusan kepada mereka dengan keputusan-Nya yang adil.
[5] Maksudnya adalah wahai orang yang menginginkan kemuliaan, carilah kemuliaan itu dari yang memilikinya, dan yang memilikinya adalah Allah, dan hal itu tidak mungkin dicapai kecuali dengan ketaatan kepada-Nya.
[6] Yakni diangkat kepada Allah, dihadapkan kepada-Nya dan akan dipuji Allah pelakunya di hadapan makhluk yang berada di dekat-Nya.
[7] Seperti membaca Al Qur’an, ucapan tasbih, tahmid, tahlil (Laailaahaillallah), dan semua ucapan yang baik lainnya.
[8] Baik amal hati, lisan maupun anggota badan.
[9] Perkataan yang baik dan amal salehnya itu dinaikkan oleh Allah Ta’ala untuk diterima dan diberi-Nya pahala. Adapula yang berpendapat, bahwa amal saleh akan mengangkat perkataan yang baik sesuai amal saleh pada seorang hamba, amal itulah yang mengangkatnya. Apabila ia tidak memiliki amal saleh, maka tidak akan diangkat ucapannya kepada Allah Ta’ala. Amal itulah yang diangkat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan mengangkat pelakunya dan memuliakannya. Adapun amal buruk, maka kebalikannya, tidak menambahkan selain kehinaan dan kerendahan.
[10] Seperti orang-orang Quraisy yang berkumpul di Darunnadwah untuk menangkap dan memenjarakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, membunuh Beliau atau mengusir Beliau.
[11] Mereka dihinakan sehina-hinanya.
[12] Yakni akan binasa dan tidak membuahkan hasil apa-apa.
[13] Yaitu dengan menciptakan nenek moyangmu Adam ‘alaihis salam dari tanah.
[14] Yakni keturunannya dari air mani.
[15] Dia senantiasa memindahkan keadaan kamu dari periode yang satu kepada periode yang selanjutnya sampai kamu berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan dan menikah, lalu kamu mempunyai anak dan keturunan. Menikah meskipun termasuk sebab untuk menghasilkan keturunan, namun tetap terikat dengan qadha’ Allah dan qadar-Nya serta ilmu-Nya. Tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Demikian pula periode yang dilalui manusia juga dengan sepengetahuan-Nya dan qadha’-Nya.
[16] Yakni dengan sepengetahuan-Nya, atau maksudnya tidaklah berkurang umur seseorang yang hendak sampai kepada akhirnya kalau bukan karena dia mengerjakan sebab-sebab berkurangnya umur seperti zina, durhaka kepada kedua orang tua, memutuskan tali silaturrahim dan perbuatan lainnya yang termasuk sebab pendeknya umur. Artinya, panjang dan pendeknya umur dengan adanya sebab dan tanpa sebab itu, semuanya dengan sepengetahuan Allah dan hal itu sudah dicatat dalam Lauh Mahfuzh.
[17] Oleh karena itu, Tuhan yang mengadakan manusia dan merubah dari satu keadaan kepada keadaan yang lain sampai keadaan yang telah ditentukan baginya, tentu lebih mampu mengadakannya kembali, bahkan yang demikian mudah bagi-Nya. Demikian pula peliputan ilmu-Nya kepada semua bagian alam, baik alam bagian bawah maupun alam bagian atas, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi dalam dada maupun janin yang tersembunyi dalam perut, bertambahnya amal dan berkurangnya dan dicatatnya semua itu dalam sebuah kitab, juga sama sebagai dalil bahwa Dia mampu menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Dan lagi Dia juga yang menghidupkan bumi setelah matinya.
[18] Ayat ini menerangkan tentang kekuasaan Allah, hikmah-Nya dan rahmat-Nya, bahwa Dia menjadikan dua buah laut (satu laut dan satu lagi sungai) untuk maslahat penduduk bumi, dan bahwa keduanya tidaklah sama, karena maslahat menghendaki agar sungai-sungai itu tawar dan segar lagi sedap diminum sehingga dapat diminum dan dapat dipakai untuk menyirami tanaman, sedangkan laut terasa asin lagi pahit agar tidak merusak udara yang meliputi bumi dan agar keadaan airnya tidak berubah, karena air laut itu diam tidak mengalir, maka dengan dijadikan asin menghalanginya untuk berubah dan agar hewan yang hidup di sana (ikannya) lebih indah dan lebih nikmat.
[19] Yakni ikan yang mudah dijaring di laut.
[20] Seperti mutiara, marjan dan perhiasan lainnya yang diperoleh dari dalam lautan. Ini merupakan maslahat yang sangat besar bagi hamba. Termasuk maslahat di laut adalah Allah menundukan laut agar dapat membawa kapal, di mana kita melihat kapal membelah lautan, pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Kapal itu membawa penumpangnya, barang-barang berat dan perdagangan mereka. Sehingga karena karunia Allah dan ihsan-Nya itu tercapailah banyak maslahat.
[21] Dengan berdagang.
[22] Termasuk pula ketika Allah memasukkan malam ke dalam siang dan siang ke dalam malam, setiap kali datang yang satu, maka yang satu lagi pergi, terkadang yang satu bertambah lamanya, sedangkan yang lain berkurang, dengan begitu tegaklah maslahat hamba baik untuk fisik mereka, hewan mereka maupun tanaman mereka.
[23] Masing-masing beredar di tempat peredarannya sesuai yang Allah kehendaki, maka apabila ajal telah tiba, dunia telah dekat dengan kehancuran, maka keduanya berhenti berjalan, dan kekuatannya tidak berfungsi lagi, cahaya bulan akan hilang, matahari dilipat, dan bintang-bintang bertaburan..
[24] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan tentang makhluk-makhluk yang besar ini dan pelajaran yang ada di dalamnya yang menunjukkan sempurnanya Allah dan menunjukkan ihsan-Nya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, milik-Nyalah segala kerajaan.” Dia sendiri yang menciptakan makhluk-makhluk besar itu dan menundukkannya, Dialah Allah Tuhan yang berhak disembah, yang memiliki segala kerajaan.
[25] Seperti patung dan berhala.
[26] Yakni tidak memiliki apa-apa, sedikit atau banyak, dan tidak memiliki sedikit pun meskipun setipis kulit ari (kulit tipis pada buah).
[27] Karena yang mereka seru antara benda mati, orang-orang yang telah mati atau para malaikat yang sibuk beribadah dan menaati Tuhan mereka.
[28] Karena mereka tidak memiliki apa-apa dan tidak ridha dengan penyembahan orang yang menyembah mereka.
[29] Mereka akan berlepas diri darimu dan dari penyembahanmu kepada mereka.
[30] Tentang keadaan dunia dan akhirat.
[31] Yakni tidak ada satu pun yang memberi keterangan kepadamu yang lebih benar daripada keterangan yang diberikan Allah. Oleh karena itu, yakinilah berita yang disampaikan-Nya dan jangan meragukannya.
Kandungan ayat ini menerangkan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang berhak disembah dan bahwa menyembah selain-Nya adalah batil tidak memberikan faedah apa-apa bagi yang menyembahnya.
[32] Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman kepada semua manusia dan memberitahukan keadaan dan sifat mereka, bahwa mereka butuh kepada Allah dalam semua keadaan. Mereka butuh diciptakan, mereka butuh diberikan kemampuan untuk melakukan sesuatu, mereka butuh diberi-Nya rezeki dan kenikmatan, mereka butuh dihindarkan dari bencana, mereka butuh diurus dan diatur-Nya, mereka butuh beribadah kepada-Nya, mereka butuh diajarkan-Nya sesuatu yang belum mereka ketahui, dan mereka butuh segalanya kepada Allah, baik mereka sadari atau tidak. Akan tetapi, orang yang diberi taufik di antara mereka seantiasa menyadari kebutuhannya baik yang terkait dengan urusan dunia maupun agama dan merendakan diri kepada-Nya serta meminta-Nya agar tidak menyerahkan urusan kepada dirinya walau sekejap pun serta membantunya dalam semua urusan, maka orang inilah yang lebih berhak mendapatkan pertolongan sempurna dari Allah Tuhannya, di mana Dia lebih sayang kepadanya daripada sayangnya seorang ibu kepada anaknya.
[33] Dia Mahakaya secara sempurna dari berbagai sisi, sehingga Dia tidak membutuhkan seperti halnya makhluk-Nya membutuhkan dan tidak membutuhkan apa-apa dari alam semesta. Yang demikian karena kesempurnaan sifat-Nya, di mana semua sifat-Nya adalah sifat sempurna dan agung. Di antara Mahakayanya Dia adalah, Dia memberikan kekayaan kepada makhluk-Nya di dunia dan akhirat.
Dia juga Maha Terpuji, pada zat-Nya, nama-Nya karena semuanya indah, dan sifat-Nya karena semua sifat-Nya Tinggi. Di samping itu, perbuatan-perbuatan-Nya berjalan di antara memberi karunia dan ihsan, berbuat adil, hikmah (bijaksana), dan rahmat (sayang). Demikian pula pada perintah dan larangan-Nya yang semuanya mengandung keadilan, kebijaksanaan dan rahmat. Dia Maha Terpuji karena apa yang ada pada-Nya dan karena pemberian dari-Nya. Dia Maha Terpuji di tengah Mahakaya-Nya.
[34] Maksudnya bisa juga, bahwa jika Dia menghendaki, Dia dapat membinasakan kamu wahai manusia dan menggantimu dengan manusia yang baru yang taat kepada Allah. Sehingga ayat ini merupakan ancaman kepada manusia. Bisa juga maksudnya adalah menetapkan adanya kebangkitan, dan bahwa kehendak Allah berlaku dalam segala sesuatu, demikian pula Dia mampu menghidupkan kembali manusia setelah mati, akan tetapi waktunya telah ditetapkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, tidak maju dan tidak mundur. Makna ini ditunjukkan oleh ayat 18.
[35] Maksudnya, masing-masing orang memikul dosanya sendiri-sendiri.
[36] Keadaan di akhirat tidaklah seperti di dunia, di mana beban yang dipikul seseorang dapat dibantu dipikul oleh yang lain.
[37] Di antara ahli tafsir ada yang menafsirkan bil ghaib dalam ayat ini ialah orang-orang yang takut kepada Allah di waktu rahasia atau terang-terangan. Rasa takut dari seorang hamba membuatnya beramal agar tidak disiksa karena menyia-nyiakan yang diperintahkan serta menghindarkan diri dari mengerjakan sesuatu yang mendatangkan azab.
[38] Mereka inilah yang mau menerima peringatan dan memperoleh manfaat darinya. Maksud mendirikan shalat adalah melaksanakannya dengan batasan-batasannya, syarat-syarat dan rukun-rukunnya serta melaksanakan kewajibannya dan melakukan kekhusyuan di dalamnya. Shalat yang dilakukannya itu dapat mengajaknya kepada kebaikan dan mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar.
[39] Dari berbagai aib, seperti riya’, sombong, dusta, menipu, membuat makar, melakukan kemunafikan dan akhlak tercela lainnya, serta menghiasi dirinya dengan akhlak mulia seperti ikhlas, tawadhu’, jujur, bersikap lembut, dan memberikan ketulusan kepada manusia (tidak menipu), selamatnya dada dari dengki dan dendam, serta akhlak buruk lainnya, maka pembersihan dirinya itu manfaatnya untuk dirinya sendiri sebagaimana dierangkan dalam lanjutan ayatnya.
[40] Dia akan menghisab amal yang dikerjakan makhluk-Nya dan akan memberikan balasan. Dia sama sekali tidak akan meninggalkan amal yang besar maupun yang kecil.