Ayat 55-64: Azab bagi orang-orang yang menentang para nabi dan celaan atas mereka karena mengolok-olok kaum mukmin.
هَذَا وَإِنَّ لِلطَّاغِينَ لَشَرَّ مَآبٍ (٥٥) جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمِهَادُ (٥٦)هَذَا فَلْيَذُوقُوهُ حَمِيمٌ وَغَسَّاقٌ (٥٧) وَآخَرُ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٌ (٥٨) هَذَا فَوْجٌ مُقْتَحِمٌ مَعَكُمْ لا مَرْحَبًا بِهِمْ إِنَّهُمْ صَالُوا النَّارِ (٥٩)قَالُوا بَلْ أَنْتُمْ لا مَرْحَبًا بِكُمْ أَنْتُمْ قَدَّمْتُمُوهُ لَنَا فَبِئْسَ الْقَرَارُ (٦٠)قَالُوا رَبَّنَا مَنْ قَدَّمَ لَنَا هَذَا فَزِدْهُ عَذَابًا ضِعْفًا فِي النَّارِ (٦١) وَقَالُوا مَا لَنَا لا نَرَى رِجَالا كُنَّا نَعُدُّهُمْ مِنَ الأشْرَارِ (٦٢) أَتَّخَذْنَاهُمْ سِخْرِيًّا أَمْ زَاغَتْ عَنْهُمُ الأبْصَارُ (٦٣) إِنَّ ذَلِكَ لَحَقٌّ تَخَاصُمُ أَهْلِ النَّارِ (٦٤)
Terjemah Surat Shaad Ayat 55-64
55. Beginilah (keadaan mereka). [1]Dan sungguh, bagi orang-orang yang durhaka[2] pasti (disediakan) tempat kembali yang buruk[3],
56. (yaitu) neraka Jahannam[4], yang mereka masuki[5]; maka itulah seburuk-buruk tempat tinggal.
57. Inilah (azab neraka), maka biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas[6] dan air yang sangat dingin[7],
58. Dan berbagai macam (azab) yang lain yang serupa itu[8].
59. [9](Dikatakan kepada mereka), "Ini rombongan besar (pengikut-pengikutmu) yang masuk berdesak-desak bersama kamu (ke neraka).” "Tidak ada ucapan selamat datang bagi kamu karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka (kata pemimpin-pemimpin mereka).
60. (Para pengikut mereka[10] menjawab), "Sebenarnya kamulah yang (lebih pantas) tidak menerima ucapan selamat datang, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab, maka itulah seburuk-buruk tempat menetap.”
61. Mereka[11] berkata (lagi), "Ya Tuhan kami, barang siapa yang menjerumuskan kami ke dalam azab ini, maka tambahkanlah azab kepadanya dua kali lipat di dalam neraka[12].”
62. Dan (orang-orang durhaka) berkata[13], "Mengapa kami tidak melihat orang-orang yang dahulu (di dunia)[14] kami anggap sebagai orang-orang yang jahat (hina)[15].
63. Dahulu kami menjadikan mereka olok-olokan, ataukah karena penglihatan kami yang tidak melihat mereka[16]?"
64. [17]Sungguh, yang demikian itu benar-benar terjadi[18], (yaitu) pertengkaran di antara penghuni neraka[19].
Ayat 65-70: Menerangkan tentang tauhid, wahyu dan pembalasan di akhirat.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا مُنْذِرٌ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (٦٥) رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ (٦٦) قُلْ هُوَ نَبَأٌ عَظِيمٌ (٦٧) أَنْتُمْ عَنْهُ مُعْرِضُونَ (٦٨) مَا كَانَ لِيَ مِنْ عِلْمٍ بِالْمَلإ الأعْلَى إِذْ يَخْتَصِمُونَ (٦٩)إِنْ يُوحَى إِلَيَّ إِلا أَنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ (٧٠)
Terjemah Surat Shaad Ayat 65-70
65. Katakanlah (Muhammad)[20], "Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan[21], tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa dan Mahaperkasa[22],
66. (yaitu) Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, Yang Mahaperkasa[23] lagi Maha Pengampun[24].
67. Katakanlah[25], "Itu (Al Qur’an) adalah berita besar[26],
68. yang kamu berpaling darinya[27].
69. Aku tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang Al Mala'ul A'la (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan[28].
70. Yang diwahyukan kepadaku, bahwa aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata[29].”
[1] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan balasan untuk orang-orang yang bertakwa, maka Dia menyebutkan balasan untuk orang-orang yang durhaka.
[2] Yang mengerjakan kekafiran dan kemaksiatan.
[3] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan tempat kembali yang buruk itu dan merincikannya.
[4] Di dalamnya menghimpun semua azab.
[5] Mereka diazab dari berbagai penjuru, di atas mereka ada lapisan-lapisan api demikian pula di bawah mereka.
[6] Sehingga membuat usus-usus mereka putus.
[7] Ada pula yang menafsirkan ghassaaq dengan nanah yang mengalir dari penghuni neraka, pahit rasanya dan bau.
[8] Yaitu yang serupa dengan air yang sangat panas dan ghassaq. Mereka akan diazab dengan berbagai siksaan yang serupa itu dan akan dihinakan dengannya.
[9] Ketika mereka memasuki neraka, maka antara pemimpin dengan pengikut akan saling cela-mencela.
[10] Yakni rombongan yang baru datang.
[11] Yaitu para pengikut yang telah disesatkan.
[12] Dalam ayat lain Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman menjawab doa mereka, "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui.” (Terj. Al A’raaf: 38)
[13] Ketika mereka berada di neraka.
[14] Yang mereka maksud di sini adalah orang-orang mukmin, terutama golongan yang lemah dan fakir.
[15] Yakni kami menganggap mereka sebagai orang-orang yang jahat yang berhak masuk neraka.
[16] Maksud mereka dengan kata-kata ini adalah bahwa tidak melihatnya mereka orang-orang yang mereka anggap jahat mengandung dua kemungkinan: (1) Bisa jadi karena salah menilai mereka, bahkan sebenarnya mereka adalah orang yang baik sehingga anggapan mereka itu merupakan olok-olokkan kepada orang-orang itu, dan inilah kenyataannya sebagaimana firman Allah Ta’ala kepada penghuni neraka, “Lalu kamu menjadikan mereka bahan ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan kamu selalu mentertawakan mereka,-- Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka. Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang." (Terj. Al Mu’minun: 110-111), (2) Bisa jadi karena mereka tidak melihat orang-orang yang mereka anggap jahat itu.
[17] Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman menguatkan berita-Nya, dan Dia adalah yang paling benar ucapannya.
[18] Yakni tidak perlu diragukan lagi.
[19] Sebagaimana yang diterangkan dalam ayat sebelumnya.
[20] Yakni kepada orang-orang yang mendustakan ketika mereka menuntut dari Beliau sesuatu yang tidak Beliau miliki atau yang bukan urusannya.
[21] Yakni inilah yang aku miliki, adapun permintaanmu maka itu urusan Allah Azza wa Jalla, aku hanya bisa menyuruh dan melarang kamu, mendorong berbuat baik dan mentarhib (menakut-nakuti) terhadap perbuatan buruk, barang siapa yang mendapat petunjuk, maka itu untuk kebaikan dirinya dan barang siapa yang tersesat, maka madharatnya hanya menimpa dirinya.
[22] Ayat ini merupakan penguatan terhadap keberhakan Allah saja untuk diibadahi, yaitu karena Dia Maha Esa dan karena Dia Mahaperkasa; Dia berkuasa terhadap segala sesuatu dan mengalahkan segala sesuatu. Di samping itu, Dia juga Rabb (Pencipta, Pengatur, Pemberi rezeki dan Penguasa) langit, bumi dan apa saja yang ada di antara keduanya sebagaimana dalam ayat selanjutnya. Ini pun sama menunjukkan keberhakan Allah saja untuk diibadahi. Selain itu, Dia juga Al ‘Aziz, yaitu yang memiliki kekuatan, di mana dengan kekuatan-Nya Dia mampu menciptakan makhluk-makhluk yang besar. Dia juga Maha Pengampun, Dia mengampuni semua dosa yang besar maupun yang kecil bagi orang yang kembali kepada-Nya dan berhenti melakukan dosa.
[23] Yakni yang berkuasa terhadap urusan-Nya.
[24] Inilah Tuhan yang berhak dicintai dan diibadahi, bukan yang tidak mampu menciptakan dan tidak mampu memberi rezeki, yang tidak kuasa memberi manfaat atau menolak bahaya seperti patung dan berhala.
[25] Yakni kepada mereka untuk menakut-nakuti dan menyadarkan mereka.
[26] Maksudnya apa yang diberitakan dalam Al Qur’an seperti kebangkitan dan pembalasan terhadap amal adalah berita yang besar yang harus diberikan perhatian besar dan tidak meremehkan atau melalaikannya.
[27] Maksudnya, seakan-akan di hadapan kamu tidak ada hisab, tidak ada siksa dan pahala. Jika kamu meragukan ucapanku dan meragukan beritaku, maka sesungguhnya aku telah memberitahukan kamu berita-berita yang aku tidak memiliki ilmu terhadapnya dan aku tidak mempelajarinya dari kitab. Oleh karena itu, berita yang aku sampaikan tanpa ada tambahan dan tanpa dikurangi merupakan bukti yang besar yang menunjukkan kebenaranku dan sebagi dalil bahwa yang aku bawa adalah benar. Oleh karena itu, lanjutan ayatnya adalah, “Aku tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang Al Mala'ul A'la (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan.” Kalau bukan karena pengajaran dari Allah kepadaku dan wahyu yang diberikan-Nya kepadaku tentu aku tidak dapat memberitahukan hal itu. Oleh karena itu, ayat berikutnya lagi adalah, “Yang diwahyukan kepadaku, bahwa aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.”
[28] Seperti tentang penciptaan Adam ‘alaihis salam, ketika Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.”
[29] Oleh karena itu, tidak ada peringatan yang lebih jelas melebihi peringata Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.