Ketika melihat keindahan alam hakikatnya adalah melihat keagungan Allah Azza Wajalla.
Surat Ali Imron Allah menyuruh melihat dan memikirkan kekuasaan Allah.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” [QS. 3:190]
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
“Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS. 3:191]
DR Muhammad bin Ishaq dalam kitabnya Attasbih fil kitab wassunnah (2/31) berkata: “Menyaksikan tanda tanda kekuasaanNya dalam penciptaan langit dan bumi menjadikan orang orang yang berfikir bertasbih.” Allah juga berfirman dalam
surat Al Isra ayat 1: “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya di waktu malam…” Di sini Allah bertasbih mensucikan diriNya yang telah memperlihatkan kekuasaanNya yang mengagumkan.
“Subhaan dalam ayat ini bermakna takjub, maka wajib dibawa kepada yang lebih mengagumkan… [Al Hujjah fii bayaanil mahajjah 1/115]
Dalam surat yaasin Allah berfirman,
“Maha suci Dia yang telah menciptakan seluruhnya berpasang pasanganan dari apa yang tumbuh di bumi dan dari mereka sendiri dan apa apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaasin : 36]
Keindahan alam adalah menunjukkan kepada kekuasaan Allah, maka kita ucapkan ‘subhaanallah’ untuk mensucikan Allah dari kekurangan dalam penciptaanNya sehingga menunjukkan kesempurnaan ciptaanNya.
Ibnu Aasyuur rohimahullah berkata: “Penggunaan ‘subhaan’ pada asalnya adalah membatalkan segala sesuatu yang tak layak bagi Allah. Ketika tampak sesuatu yang menunjukkan keagungan Allah dan kekuasaanNya, hilanglah keraguan dalam kekuasaanNya dan batallah kesyirikan.
Maka orang yang yang menyaksikannya hendaklah mengucapkan tasbiih untuk mensucikan Allah dari kelemahan.” [Attahriir wattanwiir karya ibnu Aasyuur 15/10]
“Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS. 3:191]
DR Muhammad bin Ishaq dalam kitabnya Attasbih fil kitab wassunnah (2/31) berkata: “Menyaksikan tanda tanda kekuasaanNya dalam penciptaan langit dan bumi menjadikan orang orang yang berfikir bertasbih.” Allah juga berfirman dalam
surat Al Isra ayat 1: “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya di waktu malam…” Di sini Allah bertasbih mensucikan diriNya yang telah memperlihatkan kekuasaanNya yang mengagumkan.
Imam Abul Qasim Al Ashbahaani rohimahullah berkata menafsirkan:
سبحان ههنا للتعجب فوجب أن يحمل على ما هو أعجب
“Subhaan dalam ayat ini bermakna takjub, maka wajib dibawa kepada yang lebih mengagumkan… [Al Hujjah fii bayaanil mahajjah 1/115]
Dalam surat yaasin Allah berfirman,
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
“Maha suci Dia yang telah menciptakan seluruhnya berpasang pasanganan dari apa yang tumbuh di bumi dan dari mereka sendiri dan apa apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaasin : 36]
Keindahan alam adalah menunjukkan kepada kekuasaan Allah, maka kita ucapkan ‘subhaanallah’ untuk mensucikan Allah dari kekurangan dalam penciptaanNya sehingga menunjukkan kesempurnaan ciptaanNya.
Ibnu Aasyuur rohimahullah berkata: “Penggunaan ‘subhaan’ pada asalnya adalah membatalkan segala sesuatu yang tak layak bagi Allah. Ketika tampak sesuatu yang menunjukkan keagungan Allah dan kekuasaanNya, hilanglah keraguan dalam kekuasaanNya dan batallah kesyirikan.
Maka orang yang yang menyaksikannya hendaklah mengucapkan tasbiih untuk mensucikan Allah dari kelemahan.” [Attahriir wattanwiir karya ibnu Aasyuur 15/10]
Adapun ucapan ‘Maa Syaa Allah’ dalam
surat alkahfi
Dan tidakkah kamu mengucapkan Maa syaa Allah laa quwwata illaa billah saat memasuki kebunmu ?” [Al Kahfi: 39] Itu disyariatkan ketika melihat harta yang kita miliki.
Ibnu Katsir rohimahullah berkata: “Artinya tidakkah kamu saat kagum ketika memasuki kebunmu dan kenikmatan yang Allah berikan kepadamu, kamu memuji Allah yang telah memberimu harta dan anak yang tidak diberikan kepada selainmu ?..
Oleh karena itu sebagian salaf berkata, ‘Siapa yang merasa kagum dengan keadaannya atau anaknya atau hartanya hendaknya ia mengucapkan ‘Maa syaa Allah laa quwwata illa billah.’
[Tafsir ibnu katsir surat alkahfi ayat 39]
Secara tata bahasa, kata tasbih merupakan bentuk masdar dari sabbaha– yusabbihu–tasbihan , yang berasal dari kata sabh yaitu ucapan menyucikan Allah Swt.
Secara terminologi, at-tasbiih bermakna zikir dengan mengagungkan dan mensucikan disertai dengan pembersihan diri dari segala kekurangan.
Dengan demikian, bertasbih kepada Allah berarti mengagungkan dan mensucikan-Nya dari segala sifat yang tidak layak bagi keagungan rububiah-Nya, uluhiah-Nya dan keesaan-Nya.
Serta mengakui bahwa Allah Azza Wajalla sajalah pemilik alam semesta berikut seluruh isinya, tanpa ada sekutu dan yang menyerupai-Nya.
Kata as-sabh juga bermakna ‘kosong’ dan bermakna ‘berbuat dalam kehidupan’. Sedangkan kata as-sibaahah bermakna ‘mengambang’.
Dalam bahasa Arab diartikan dengan menggerakkan fisik (materi) dengan cepat ditengah materi yang lebih rendah kepadatan materinya, seperti air dan udara. Dengan demikian, tasbih berarti berzikir dengan cepat dan berulang kepada Allah Azza Wajalla dengan menyebut nama-namaNya yang indah dan sifat-sifatNya yang Maha tinggi disetiap saat.
Pengucapan kata Subhanallah dalam bentuk ibadah adalah dengan menisbatkannya dalam bentuk masdar, seperti kata ghufraanaka.
Sehingga orang yang mengucapkan kata tersebut seakan-akan ia berkata ‘Saya menyucikan Allah SWT dengan pensucian yang sesuai dengan keagunganNya dari segala sifat yang tidak pantas dengan Zat-Nya yang mulia”.
Didalam al-Qur’an terdapat 86 ayat yang berbicara mengenai tasbih. Dimana, terdapat 59 ayat makiyah dan 27 ayat madaniyah.
Kata tasbih yang berasal dari kata sabbaha-yusabbihu-tasbiihan, terbagi dalam beberapa bentuk, yaitu :
Dari 86 ayat tersebut, terdapat 8 surah yang diawali kata tasbih.
surat alkahfi
وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
Dan tidakkah kamu mengucapkan Maa syaa Allah laa quwwata illaa billah saat memasuki kebunmu ?” [Al Kahfi: 39] Itu disyariatkan ketika melihat harta yang kita miliki.
Ibnu Katsir rohimahullah berkata: “Artinya tidakkah kamu saat kagum ketika memasuki kebunmu dan kenikmatan yang Allah berikan kepadamu, kamu memuji Allah yang telah memberimu harta dan anak yang tidak diberikan kepada selainmu ?..
Oleh karena itu sebagian salaf berkata, ‘Siapa yang merasa kagum dengan keadaannya atau anaknya atau hartanya hendaknya ia mengucapkan ‘Maa syaa Allah laa quwwata illa billah.’
[Tafsir ibnu katsir surat alkahfi ayat 39]
Secara tata bahasa, kata tasbih merupakan bentuk masdar dari sabbaha– yusabbihu–tasbihan , yang berasal dari kata sabh yaitu ucapan menyucikan Allah Swt.
Secara terminologi, at-tasbiih bermakna zikir dengan mengagungkan dan mensucikan disertai dengan pembersihan diri dari segala kekurangan.
Dengan demikian, bertasbih kepada Allah berarti mengagungkan dan mensucikan-Nya dari segala sifat yang tidak layak bagi keagungan rububiah-Nya, uluhiah-Nya dan keesaan-Nya.
Serta mengakui bahwa Allah Azza Wajalla sajalah pemilik alam semesta berikut seluruh isinya, tanpa ada sekutu dan yang menyerupai-Nya.
Kata as-sabh juga bermakna ‘kosong’ dan bermakna ‘berbuat dalam kehidupan’. Sedangkan kata as-sibaahah bermakna ‘mengambang’.
Dalam bahasa Arab diartikan dengan menggerakkan fisik (materi) dengan cepat ditengah materi yang lebih rendah kepadatan materinya, seperti air dan udara. Dengan demikian, tasbih berarti berzikir dengan cepat dan berulang kepada Allah Azza Wajalla dengan menyebut nama-namaNya yang indah dan sifat-sifatNya yang Maha tinggi disetiap saat.
Pengucapan kata Subhanallah dalam bentuk ibadah adalah dengan menisbatkannya dalam bentuk masdar, seperti kata ghufraanaka.
Sehingga orang yang mengucapkan kata tersebut seakan-akan ia berkata ‘Saya menyucikan Allah SWT dengan pensucian yang sesuai dengan keagunganNya dari segala sifat yang tidak pantas dengan Zat-Nya yang mulia”.
Didalam al-Qur’an terdapat 86 ayat yang berbicara mengenai tasbih. Dimana, terdapat 59 ayat makiyah dan 27 ayat madaniyah.
Kata tasbih yang berasal dari kata sabbaha-yusabbihu-tasbiihan, terbagi dalam beberapa bentuk, yaitu :
- Bentuk madhi terdapat 4 kali,
- Bentuk mudhori’ terdapat 20 kali,
- Bentuk ‘Amr yang terulang 18 kali.
- Sedangkan dalam bentuk masdar disebutkan 45 kali, dalam bentuk Isim Fa’il hanya disebutkan 2 kali.
- Adapun kata sabaha yasbahu hanya terulang 2 kali.
Dari 86 ayat tersebut, terdapat 8 surah yang diawali kata tasbih.
Hal ini terdapat pada surah Q.S. An-Nahl :1,
- Q.S. Al hadiid : 1,
- Q.S. Al-hasyr : 1,
- Q.S. Ash shaaff : 1,
- Q.S. Al-jumu’ah : 1,
- Q.S. Ath thaghbuun : 1,
- Q.S. Al-A’la : 1, serta
- Q.S. Al israa’ : 1.
@SpiritualMedicine
Nara sumber;
AlQur'an dan Hadist