Tafsir Al Fajr (Fajar)
Surah ke-89. 30 ayat. Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
وَالْفَجْرِۙ
Wal-fajr(i).
Demi waktu fajar,
2 وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ
Wa layālin ‘asyr(in). demi malam yang sepuluh,754)
Catatan Kaki
754) Yang dimaksud dengan malam yang sepuluh adalah sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Ada pula yang mengatakan sepuluh pertama dari bulan Muharam, termasuk di dalamnya hari Asyura, dan ada pula yang mengatakan sepuluh malam pertama dari bulan Zulhijah.
3
وَّالشَّفْعِ وَالْوَتْرِۙ
Wasy-syaf‘i wal-watr(i).
Demi yang genap dan yang ganjil,
4
وَالَّيْلِ اِذَا يَسْرِۚ
Wal-laili iżā yasr(i).
dan demi malam apabila berlalu.
5 هَلْ فِيْ ذٰلِكَ قَسَمٌ لِّذِيْ حِجْرٍۗ
Hal fī żālika qasamul liżī ḥijr(in).
Apakah pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh (orang) yang berakal?
6
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ
Alam tara kaifa fa‘ala rabbuka bi‘ād(in).
Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad,
7
اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ
Irama żātil-‘imād(i).
(yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi
8
الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ
Allatī lam yukhlaq miṡluhā fil-bilād(i).
Yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?
9
وَثَمُوْدَ الَّذِيْنَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِۖ
Wa ṡamūdal-lażīna jābuṣ-ṣakhra bil-wād(i).
(Tidakkah engkau perhatikan pula kaum) Samud yang memotong batu-batu besar di lembah755)
Catatan Kaki
;
755) Lembah ini terletak di bagian utara Jazirah Arab, antara kota Madinah dan Syam.
Mereka memotong-motong batu gunung untuk membangun gedung-gedung tempat tinggal dan ada pula yang melubangi gunung-gunung untuk tempat tinggal dan tempat berlindung.
10
وَفِرْعَوْنَ ذِى الْاَوْتَادِۖ
Wa fir‘auna żil-autād(i).
Dan Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar)
11
الَّذِيْنَ طَغَوْا فِى الْبِلَادِۖ
Allażīna ṭagau fil-bilād(i).
yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
12
فَاَكْثَرُوْا فِيْهَا الْفَسَادَۖ
Fa akṡarū fīhal-fasād(a).
Lalu banyak berbuat kerusakan di dalamnya (negeri itu),
13
فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍۖ
Fa ṣabba ‘alaihim rabbuka sauṭa ‘ażāb(in).
Maka Tuhanmu menimpakan cemeti azab (yang dahsyat) kepada mereka?
14
اِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِۗ
Inna rabbaka labil-mirṣād(i).
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.
15
فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ
Fa ammal-insānu iżā mabtalāhu rabbuhū fa akramahū wa na‘‘amah(ū), fa yaqūlu rabbī akraman(i).
Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, berkatalah dia, “Tuhanku telah memuliakanku.”
16
وَاَمَّآ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ ەۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَهَانَنِۚ
Wa ammā iżā mabtalāhu fa qadara ‘alaihi rizqah(ū), fa yaqūlu rabbī ahānan(i).
Sementara itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya, berkatalah dia, “Tuhanku telah menghinaku.”756)
Catatan Kaki
756) Allah menyalahkan orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan, seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16.
Sebenarnya, kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya.
17
كَلَّا بَلْ لَّا تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَۙ
Kallā bal lā tukrimūnal-yatīm(a).
Sekali-kali tidak! Sebaliknya, kamu tidak memuliakan anak yatim,757)
Catatan Kaki
757) Maksudnya adalah tidak memberikan hak-hak anak yatim dan tidak berbuat baik kepadanya.
18
وَلَا تَحٰۤضُّوْنَ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۙ
Wa lā taḥāḍḍūna ‘alā ṭa‘āmil-miskīn(i).
tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
19
وَتَأْكُلُوْنَ التُّرَاثَ اَكْلًا لَّمًّاۙ
Wa ta'kulūnat-turāṡa aklal lammā(n).
memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram),
20
وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّاۗ
Wa tuḥibbūnal-māla ḥubban jammā(n).
dan mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.