Pena telah kering, lembaran ketentuan telah diangkat, urusan telah diputuskan, semua takdir telah dituliskan.
Setiap kesenangan dan kesedihan yang terjadi di muka bumi atau pada diri kita sudah tertulis sebelum ia dicipta.
Tidak akan ada sesuatu yang menimpa kita kecuali apa yang telah Allah tuliskan untuk kita.
Dan akan tetap menimpa kita kecuali apa yang telah Allah tuliskan bukan untuk kita.
Maka alangkah tenangnya hidup jika keyakinan ini tertanam dalam diri dan tertancap dalam setiap jiwa,
Sebab dengannya menjadikan bencana yg datang seolah sebuah hadiah, ujian yg melanda seolah sebuah karunia dan kegagalan seolah sebuah mendali penghargaan.
Jangan biasakan risau lantaran sakit, lantaran kehilangan harta, atau mendapat musibah berbagai hal.
Tanamkan iman dan tauhid, bahwa Allah memang telah menentukan, ketetapan-Nya telah berjalan, dan pilihan-Nya demikian,
Pesan dari Ali bin abu thalib berkata kepada Al-Asy'ats bin qais;
"Sesungguhnya jika engkau bersabar maka takdir akan tetap berlaku bagimu dan engkau akan mendapatkan pahala, dan jika engkau berkeluh kesah maka takdirpun tetap berlaku padamu dan engkau pun akan mendapatkan dosa." (Adabud Dunya wad din hal. 537)
Allah yang menulis semua kisah hidup kita.
Maka jangan mencela keadaan
Dan Allah yang tahu persis tentang keadaan kita.
Maka ingatlah bahwa semua yang Allah takdirkan pasti ada hikmahnya, walau pun kadang sesuatu itu tidak kita sukai, namun semua pasti yang terbaik untuk kita.
Perlu kita ketahui bersama bahwa mencela waktu adalah kebiasaan orang-orang musyrik.
Mereka menyatakan bahwa yang membinasakan dan mencelakakan mereka adalah waktu.
Allah pun mencela perbuatan mereka ini.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ ”
Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa (waktu)“,
dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al Jatsiyah [45] : 24).
Jadi, mencela waktu adalah sesuatu yang tidak disenangi oleh Allah.
Itulah kebiasan orang musyrik dan hal ini berarti kebiasaan yang jelek.
Begitu juga dalam berbagai hadits disebutkan mengenai larangan mencela waktu.
Dalam shohih Muslim, dibawakan Bab dengan judul ’larangan mencela waktu (ad-dahr)’.
Di antaranya terdapat hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ”
Allah ’Azza wa Jalla berfirman,’Aku disakiti oleh anak Adam.
Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.” (HR. Muslim no. 6000)
Dalam lafadz yang lain, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَقُولُ يَا خَيْبَةَ الدَّهْرِ. فَلاَ يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ يَا خَيْبَةَ الدَّهْرِ. فَإِنِّى أَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ لَيْلَهُ وَنَهَارَهُ فَإِذَا شِئْتُ قَبَضْتُهُمَا ”
Allah ’Azza wa Jalla berfirman,’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mengatakan ’Ya khoybah dahr’ [ungkapan mencela waktu, pen].
Janganlah seseorang di antara kalian mengatakan ’Ya khoybah dahr’ (dalam rangka mencela waktu, pen).
Karena Aku adalah (pengatur) waktu. Aku-lah yang membalikkan malam dan siang.
Jika suka, Aku akan menggenggam keduanya.” (HR. Muslim no. 6001)
An Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shohih Muslim (7/419) mengatakan bahwa ;
- Orang Arab dahulu biasanya mencela masa (waktu) ketika tertimpa berbagai macam musibah seperti kematian, kepikunan, hilang (rusak)-nya harta dan lain sebagainya sehingga mereka mengucapkan ’
Ya khoybah dahr’ (ungkapan mencela waktu, pen) dan ucapan celaan lainnya yang ditujukan kepada waktu.
Setelah dikuatkan dengan berbagai dalil di atas, jelaslah bahwa mencela waktu adalah sesuatu yang telarang. Kenapa demikian?
Karena Allah sendiri mengatakan bahwa Dia-lah yang mengatur siang dan malam.
Apabila seseorang mencela waktu dengan menyatakan bahwa bulan ini adalah bulan sial atau bulan ini selalu membuat celaka,
Maka sama saja dia mencela Pengatur Waktu, yaitu Allah ’Azza wa Jalla.
Perlu diketahui bahwa mencela waktu bisa membuat kita terjerumus dalam dosa bahkan bisa membuat kita terjerumus dalam syirik akbar (syirik yang mengekuarka pelakunya dari Islam).
Perhatikanlah rincian Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah dalam Al Qoulul Mufid ’ala Kitabit Tauhid berikut.
Mencela waktu itu terbagi menjadi tiga macam:
1. Jika dimaksudkan hanya sekedar berita dan bukanlah celaan, kasus semacam ini diperbolehkan.
Misalnya ucapan, ”Kita sangat kelelahan karena hari ini sangat panas” atau semacamnya. Hal ini diperbolehkan karena setiap amalan tergantung pada niatnya.
Hal ini juga dapat dilihat pada perkataan Nabi Luth ’alaihis salam,
هَـذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ ”
Ini adalah hari yang amat sulit.” (QS. Hud [11] : 77)
Kedua; jika menganggap bahwa waktulah pelaku yaitu yang membolak-balikkan perkara menjadi baik dan buruk, maka ini bisa termasuk syirik akbar.
Karena hal ini berarti kita meyakini bahwa ada pencipta bersama Allah yaitu kita menyandarkan berbagai kejadian pada selain Allah.
Barangsiapa meyakini ada pencipta selain Allah maka dia kafir.
Sebagaimana seseorang meyakini bahwa ada sesembahan selain Allah, maka dia juga kafir.
Ketiga; jika mencela waktu karena waktu adalah tempat terjadinya perkara yang dibenci, maka ini adalah haram dan tidak sampai derajat syirik.
Tindakan semacam ini termasuk tindakan bodoh (alias ’dungu’) yang menunjukkan kurangnya akal dan agama.
Hakikat mencela Keadaan
Maknanya adalah sama saja dengan mencela Allah karena Dia-lah yang mengatur waktu, di waktu tersebut
Dia menghendaki adanya kebaikan maupun kejelekan.
Maka waktu bukanlah pelaku.
Tindakan mencela waktu semacam ini bukanlah bentuk kekafiran karena orang yang melakukannya tidaklah mencela Allah secara langsung.
Berusahalah untuk senantiasqa berbaik sangka atas apa yang di takdirkan untuk kita.
Selanjutnya hendaknya diri tetap bersabar walau pun telah berupaya dan mencurahkan segala daya dan walau pun apa yg engkau khawatirkan terjadi juga.
Sebab memang itu kehendak-Nya.
Dan jangan engkau mencela keadaan, "Andai saja aku melakukan ini dan itu, pasti hasilnya tidak begini."
Akan tetapi, katakanlah, "Itu sudah takdir Allah. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi.
Maka aku harus bersabar"
Semoga Allah menautkan hati kita di atas ketaqwaan, memberi kekuatan dalam setiap ujian, menghapus dosa² yang kita lakukan dan memberikan limpahan pahala atas setiap ujian.